Jumat, Agustus 31, 2007

Mega Akan Jawab Permintaan Jadi Capres Pada Ultah PDIP

Mega Akan Jawab Permintaan Jadi Capres Pada Ultah PDIP
 
Jakarta - Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri belum menjawab permintaan kadernya untuk menjadi capres 2009. Jawaban kemungkinan diberikan pada ultah PDIP pada 15 Januari 2008 nanti.

"Paling tidak tanggal 15 Januari 2008, saat PDIP ulang tahun," ujar anggota FPDIP Sutradara Ginting di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (31/8/2007). 

Sutradara pesimistis PDIP tidak bisa meraih suara penuh dalam pemilihan presiden 2009. Untuk itu PDIP akan berkoalisi dengan partai-partai lain untuk meraih suara 50 persen plus satu.

"PDIP siap kerja sama dengan yang lain. Karena tidak mungkin ada mayoritas," kata Sutradara.

Sementara itu, pakar politik UI Maswadi Rauf mengatakan kandidat capres sebaiknya mengumumkan diri paling lambat 1,5 tahun sebelum pilpres 2009. "Saya kira 1,5 tahunlah. 1 Tahun sebelum pilpres rakyat tidak cukup untuk menilai," kata Maswadi

Dia menambahkan parpol saat ini masih malu-malu untuk memproklamirkan calon yang mereka usung. "Saya harap akhir 2007 atau awal 2008, parpol sudah mengumumkan capres yang mereka usung," pungkas Guru Besar FISIP UI ini. 
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/31/172655/824247/10/mega-akan-jawab-permintaan-jadi-capres-pada-ultah-pdip)

Senin, Agustus 20, 2007

PDIP Ingin Deja Vu Kemenangan 1999 untuk 2009

PDIP Ingin Deja Vu Kemenangan 1999 untuk 2009
 
Jakarta - Pemilu 1999 menorehkan kenangan tersendiri bagi PDIP. Mereka pun berharap momen itu menjadi deja vu alias mengalaminya lagi pada Pemilu 2009.

Di Pilkada DKI Jakarta yang baru saja usai, pasangan cagub dan cawagub yang turut diusung PDIP keluar sebagai pemenang. Dengan kemenangan itu, PDIP pun optimistis bisa mengulang kesuksesan Pemilu 1999.

Pada Pemilu 1999, partai berlambang kepala banteng ini menjadi partai pemenang dengan perolehan suara 33 persen. Namun, 5 tahun kemudian, yakni di Pemilu 2004, suara PDIP malah turun hampir separuhnya. Hanya 18,6 persen.

"Pilkada DKI ini menjadi pemanasan partai buat 2009. Kalau calon yang diusung menang, itu bukan soal puas atau tidak puas saja. Tapi lebih dari itu, DKI tetap jadi Ibukota milik semua orang," ujar Sekjen DPP PDIP Pramono Anung.

Hal itu disampaikan dia dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (20/8/2007).

Disampaikan dia, di Pilkada DKI tersebut, PDIP turun sepenuhnya. Sebab dari Ketua Umum dan Sekjen DPP ikut serta menyukseskannya. Menurutnya, angka partisipasi masyarakat dalam Pilkada DKI yang 63 persen telah menggugurkan kekhawatiran sebagian kalangan bakal adanya anarkisme atau meningkatnya golput.

"Harapan kami, tentu ada peningkatan suara untuk 2009. Posisi PDIP yang sebagai oposisi itu kan membuat jenis kelamin PDIP lebih kelas. Dan masyarakat tahu dan paham soal ini. Harapannya, kita bisa seperti 1999," beber Pram. 
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/20/084841/818964/10/pdip-ingin-deja-vu-kemenangan-1999-untuk-2009)

Minggu, Agustus 05, 2007

Faisal Basri Jadi Dewan Pembina BMI-PDIP

Faisal Basri Jadi Dewan Pembina BMI-PDIP
 
Jakarta - Lamarannya sebagai cagub Jakarta ditolak PDIP tak membuat Faisal Basri kecewa. Dia kini malah menjadi Dewan Pembina Baitul Muslimin Indonesia (BMI), ormas sayap PDIP.

Faisal dilantik oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama para pengurus lainnya di kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (5/8/2007).

Ekonom ini tampak mengenakan seragam pengurus BMI yaitu kemeja hitam bergaris merah.

Faisal menyatakan, fakta dia bergabung BMI PDIP menunjukkan bahwa dia tidak kecewa pada PDIP meski tidak terpilih jadi cagub. 

"Ini bagian dari dakwah," ujar Faisal menjelaskan alasannya bergabung BMI PDIP.
Alasan lainnya, saat ini pengorganisasian ekonomi rakyat sangat amburadul. Misalnya banyak bank tidak menerima orang-orang kecil, kredit hanya diberikan pada pemodal besar.

"Apalagi di PDIP, sebagian besar pemilihnya adalah kebanyakan ekonomi kecil 
menengah," ujarnya.

Turut duduk di Dewan Pembina BMI PDIP adalah Ahmad Sobari, seorang budayawan yang pernah memimpin LKBN Antara.

"Di BMI, saya tidak lagi berbicara apa itu Islam, tapi saya harus bertindak yang Islami. Apalagi pemilih PDIP sebagian besar adalah rakyat kecil," ujar penulis produktif ini.

"Kenapa saya tidak masuk PAN, PKS atau apa? Ya karena di situ sudah banyak banget orang pandai (yang berbicara Islam)," ujarnya.

Tokoh NU Said Agil Siradj juga bergabung dalam dewan pembina. "Saat ini, yang sangat membahayakan adalah model-model Islam impor. Padahal dalam Islam, kewajiban yang diatur kan lebih sedikit, selebihnya adalah untuk mengembangkan peradaban, kebudayaan, dsb," paparnya.

Lalu mengapa gabung BMI PDIP? "Saya ingin dakwah di luar NU. Karena kalau di NU kan sudah banyak yang mengurusi ekonomi masyarakat kecil. Padahal PDIP pemilihnya juga masyarakat kecil, tapi banyak yang belum tahu syiar agama Islam," beber Said Agil.

Sedangkan Sekjen PDIP Pramono Anung menyatakan, kalau mengajari Islam ya jangan pada yang sudah tahu Islam. "Ajarilah yang belum tahu, yang Islam tapi belum tahu Islam," ujarnya.

Menurut riset PDIP, 80% muslim adalah pemilih PDIP. "NU dan Muhammdiyah mbok ya jangan mengajari orang-orang yang sudah taat," pinta Pramono Anung.

Selain dihadiri pemuka NU, pelantikan yang juga dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj ini dihadiri oleh tokoh Muhammadiyah, seperti eks Ketua PP Muhammadiyah Syafi'i Ma'arif. Seribuan orang juga turut memeriahkan, sebagian besar adalah ibu-ibu pengajian.

BMI PDIP dipimpin oleh Buya Hamka Haq, yang di DPP PDIP duduk sebagai Ketua Bidang Keagamaan.

Ormas ini digagas tahu lalu dan merupakan lembaga dakwah pembangun komunikasi bagi umat Islam. Tujuannya, menepis anggapan partai nasionalis kurang agamis atau sebaliknya, organisasi Islam kurang nasionalis.
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/05/164449/813433/10/faisal-basri-jadi-dewan-pembina-bmi-pdip)

Kisah Nasi Goreng Megawati

Kisah Nasi Goreng Megawati
 
Jakarta - Megawati Soekarnoputri berprinsip bahwa setiap tamu mesti dihormati. Pelajaran itu didapatnya dari sang ayah, yang menyuguhkan nasi goreng pada tamu-tamunya yang bermaksud menjatuhkan kekuasaannya.

Kisah nasi goreng itu diceritakan Mega saat memberikan sambutan pelantikan pengurus Baitul Muslimin Indonesia (BMI), ormas sayap PDIP, di kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (5/8/2007). 

"Waktu itu ada tamu, kemudian Bapak (Soekarno) meminta saya membuatkan nasi goreng. Lalu saya tanya, memang itu siapa Pak? Bapak saya menjawab, mereka orang-orang yang mau menjatuhkan saya," cerita Megawati. 

Megawati jelas heran mengapa "musuh" kok dijamu. "Udah nggak apa-apa, tamu kan harus dihormati siapa pun orangnya," sahut Soekarno menjawab pertanyaan putrinya itu.

"Ketika saya memasak nasi goreng, dalam hati saya berkata, biarlah nasi goreng ini kasinen (terlalu asin), gara-gara air mata saya," ujar Mega dengan berapi-api.

Paling Benar

Megawati dalam sambutannya memaparkan alasan dibentuknya BMI, yaitu adanya pemahaman beberapa kaum muslim yang mengaku dirinya paling benar.

"Padahal manusia kan tempatnya salah dan lupa, kok pada menganggap dirinya yang paling benar," kata Mega yang berpakaian hitam dan menyelendangkan kerudungnya ini.

Mega lalu mengenang saat terjadi peristiwa bom Bali II tahun 2004 lalu. Saat itu dia bertanya-tanya, apakah ini yang dinamakan Islam, yang kalau tidak setuju lalu saling bunuh membunuh.

Dalam sambutan 20 menitnya tersebut, Mega menyesalkan kerusuhan etnis di Sampit dan Malaku, yang berawal dari banyaknya pendatang dari luar daerah. "Padahal tamu kan harus dihormati," ujar Mega.
(http://www.detiknews.com/read/2007/08/05/152844/813423/10/kisah-nasi-goreng-megawati)