Minggu, April 26, 2009

Akbar Sarankan Golkar Lobi Partai Gurem

Akbar Sarankan Golkar Lobi Partai Gurem

JAKARTA - Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnasus) Partai Golkar di Hotel Borobudur pada 23 April lalu telah menetapkan Jusuf Kalla (JK) sebagai calon presiden (capres). Namun, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung masih pesimistis, Golkar mampu membangun lobi politik untuk mewujudkan koalisi menghadapi pemilu presiden (pilpres).

Dia mengingatkan bahwa syarat pengajuan pasangan capres-cawapres yang diatur UU Pilpres adalah 20 persen kursi atau 25 persen suara. Faktanya, dari berbagai hasil quick count, imbuh dia, potensi perolehan suara Golkar baru 15 persen. Artinya, untuk bisa mengajukan JK sebagai capres, diperlukan minimal 10 persen suara lagi.

"Ini jelas bukan persoalan mudah," kata Akbar kepada Jawa Pos (Grup Radar Bogor), kemarin.

Menurut Akbar, sebagian besar partai menengah hampir pasti berkoalisi dengan SBY. Di antaranya, PKS dan PKB. Begitu juga PAN yang telah mendapatkan "Arahan" dari Amien Rais untuk tetap berkoalisi dengan Demokrat. "PPP saya perkirakan ke SBY juga," tuturnya. Kubu Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPP PPP Bachtiar Chamsyah cenderung mengarahkan PPP untuk mendukung SBY lagi.

Akbar menambahkan, dua parpol pendatang baru yang mampu memperoleh suara cukup signifikan yakni Hanura dan Gerindra cenderung merapat ke PDIP untuk mengegolkan capres Megawati.

Karena itu, pilihannya tinggal melobi partai-partai gurem yang tak lolos parliamentary threshold (PT). Kalau rata-rata partai gurem tersebut mendapatkan 0,5 persen suara, dibutuhkan dukungan dari sekitar 20 partai. "Sekali lagi, itu jelas tidak mudah," tegasnya.

Meski realitas politik kurang menguntungkan, Akbar menyarankan agar Golkar tetap berpartisipasi dalam pilpres. Itu merupakan tanggung jawab terhadap demokrasi. "Apa pun pilihannya nanti," ujar ketua dewan pembina DPP Barisan Indonesia (Barindo) itu.

Fungsionaris DPP Partai Golkar Zainal Bintang yang mendukung penuh pencapresan JK membantah keras penilaian Akbar tersebut. Menurut dia, pintu koalisi Golkar masih terbuka lebar. "Wiranto (Hanura, red) bersedia dengan kami. Begitu juga PAN dan Gerindra. Termasuk PPP yang terus kami garap," katanya.

Menurut dia, posisi Golkar sangat strategis. Koalisi model apa pun, imbuh Zainal, tanpa melibatkan Golkar berpotensi memunculkan kemandekan di parlemen. Karena itu, Zainal menyarankan agar JK segera membangun kekuatan baru di internal Partai Golkar untuk berkoordinasi dengan mitra koalisi. Jajaran struktural partai, lanjut dia, sudah tidak bisa diandalkan.

"Karena mayoritas elite DPP Golkar sekarang menghalangi JK tampil secara prima sebagai capres dan menggembosi keputusan Borobudur," tegas pendiri sekaligus koordinator JK for President itu.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk1MzQ=&click=Ng==)

Empat Bersaudara Kandung Maju Caleg, Beda Partai dan Lolos

Empat Bersaudara Kandung Maju Caleg, Beda Partai dan Lolos
Kompromi di Rumah Ibu, tak Bawa Perbedaan di Meja Makan


Empat caleg ini sama-sama lolos. Yang menarik, mereka bersaudara kandung dan berangkat dari partai berbeda-beda. Meski ada yang bersaing di satu dapil, keempatnya tetap rukun dan saling mendukung. 

RUMAH itu berarsitektur kuno. Ukurannya sekitar 17 meter x 20 meter, dan berdiri cukup megah di Desa Sumurwaru, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Itulah salah satu rumah induk keluarga besar pasangan Zainal Abidin (almarhum)-Siti Rohmah.

Bagi masyarakat di Kabupaten Pasuruan, keluarga Zainal cukup dikenal sebagai pengusaha katering. Pasangan tersebut dikaruniai sepuluh anak.

Di antara sepuluh saudara itu, empat orang maju caleg untuk DPRD Kabupaten Pasuruan pada pemilu kali ini. Keempatnya maju dari partai yang berbeda. Mereka adalah Rias Nawang Kartika (Nawang), 48, anak keempat yang maju dari PDIP; Rias Judikari Drastika (Ceri), 44, anak keenam yang maju dari Golkar; Ragil Kraeng (Amir Ragil), 38, anak ke-9 yang maju dari PKB, dan Rias Adiah Elviano (Evi Zainal Abidin), 32, maju dari Demokrat.

Tiga dari empat bersaudara itu (Nawang, Ragil, dan Evi) bertarung di satu dapil, yakni di dapil 5 (Nguling, Lekok, Grati, Rejoso, dan Gondangwetan). Berdasarkan hasil rekapitulasi sementara KPU Kabupaten Pasuruan, ketiganya sama-sama memperoleh suara terbanyak di partainya. Perolehan mereka hampir mencapai BPP (bilangan pembagi pemilih) yang berjumlah 13.897. "Mereka semua akan lolos," kata salah seorang anggota KPU Kabupaten Pasuruan.

Sebagai gambaran, suara terbanyak diperoleh Evi yang berhasil mengumpulkan 12.887 suara. Selanjutnya Ragil memperoleh 9.744 suara dan Nawang memperoleh 2.929 suara. Meski paling sedikit, Nawang masih berpeluang lolos.

Siang itu Radar Bromo (Grup Radar Bogor) bertamu ke rumah induk keluarga Zainal dan ditemui Nawang, Amir Ragil, dan Evi. "Dari penghitungan KPU, kami yakin lolos," kata Ragil, diamini dua saudaranya. Khusus bagi Ragil, jika kali ini lolos, berarti dia akan menjabat anggota dewan untuk yang kedua.

"Saya tidak tahu mengapa keempat anak saya bisa terpilih. Tapi, kami semua harus bersyukur. Ternyata masyarakat mempercayai keluarga kami, khususnya anak-anak saya, untuk menjadi wakil rakyat," ujar Siti Rohmah, sang ibu yang pagi itu mengenakan baju biru. Wanita sepuh yang umurnya hampir berkepala tujuh itu sampai saat ini masih menekuni bisnis katering.

Dia menceritakan, sebelum pemilu, pernah berpesan kepada keempat anaknya yang maju caleg itu agar tetap menjaga kerukunan keluarga. Selain itu, keempat anaknya diminta legawa jika tidak terpilih.

"Untuk menjaga kerukunan keluarga, kami berempat sering berunding di rumah induk ini. Biasanya kami berunding sambil makan di meja makan," tutur Evi.

Evi memaparkan, dirinya tertarik kepada dunia politik setelah melihat kiprah sang kakak, Ragil, tidak optimal. "Karena itu, saya maju caleg dan tidak dari partainya kakak saya," kata Evi.

Dikiritik seperti itu, Ragil tidak tersinggung. Dia justru membenarkan perkataan adiknya. "Memang kurang optimal. Terutama untuk pembangunan di daerah Pasuruan ke timur," kata Ragil yang saat ini menjadi ketua PAC PKB di Kecamatan Grati. Karena itu, ketika kakak dan adiknya maju caleg, Ragil justru mendukungnya.

"Kami tidak pernah berebut meski bertarung dalam satu dapil. Bahkan, melalui tim sukses, kami selalu berkoordinasi," terang Evi.

Biasanya, rumah induk milik ibunya itulah yang dijadikan markas koordinasi. Baik koordinasi antar mereka maupun antartim sukses.

Padahal, di rumah induk itu, Evi terhitung paling arogan. Sebab, di rumah ibunya itu, Evi yang menempel atribut Partai Demkorat di ruang tamu. Atribut partai lain tidak ada sama sekali. "Mungkin karena saya paling kecil, kakak-kakak saya mengalah. Yang jelas, mereka tidak iri dan menuntut kok," katanya, diamini para saudaranya.

Saling berkoordinasi juga tetap dilakukan ketika masa kampanye. Misalnya, ketika Demokrat berkampanye, Evi yang jalan dari satu daerah ke daerah lain tidak langsung mencari massa. Dia lebih dulu melihat kondisi massa di daerah tersebut. "Contohnya, ketika saya kampanye di sebuah desa di Kecamatan Winongan, saya ditolak massa. Alasannya, masyarakat desa tersebut ngomong kalau nanti di pemilu tidak memilih Demokrat," ujar Evi.

Dari penjelasan masyarakat itu, Evi tidak kecewa, apalagi marah-marah. Dia menerimanya dan tetap pamit kepada masyarakat di desa tersebut untuk kampanye ke tempat lain. Evi lalu membicarakan ke Nawang, kakaknya yang maju dari PDIP bahwa di desa tersebut massa PDIP menginginkannya. "Jadi, saya tidak menggembosi suara. Justru saya mendukung kakak saya," ucapnya.

Begitu pula sebaliknya. Kalau Nawang atau Ragil berkampanye, mereka akan menginformasikan kepada saudaranya tentang kantung-kantung suara. "Saling mengisilah. Itu bagian dari stratagi keluarga kami agar tetap terjaga kerukunannya," terang Ragil. Masing-masing tim sukses keempat bersaudara itu pun mengikuti pola tersebut.

Setelah pemilu, diperoleh hasil sementara bahwa suara Evi paling banyak di antara saudara-saudaranya. Suara paling sedikit diperoleh Nawang. "Ya, hitung-hitung ngalah sama adik kan?" kata Nawang, sambil melirik Evi dan Ragil. Secara spontan, Evi dan Ragil menjawab bersamaan, "Ini memang kakak yang bijaksana."

Bagaimana dengan Ceri, putra Zainal Abidin yang maju caleg di dapil 1? Ternyata Ceri yang nyaleg dari partai yang diketuai suaminya, Udik Djanuantoro, juga lolos. Wanita yang berada di nomor urut 8 tersebut meraih 4.886 suara. Artinya, dia juga lolos dan menempati peringkat ketiga perolehan suara Dapil 1.

Ragil, Evi, dan Nawang menceritakan, mengapa Ceri tidak ikut bertarung di dapil 5. "Suami Mbak Ceri itu kan ketua DPD Golkar kabupaten. Pastinya pencalonan Mbak Ceri juga atas kebijakan partai. Tapi, saya senang Mbak Ceri nyalon bukan di Dapil 5. Sebab, kalau jadi satu, bisa jadi pertarungan semakin kuat di antara kami," tambah Ragil, lantas tersenyum.

Bagi seluruh saudara Zainal Abidin, dengan menjadi caleg berarti akan ada amanah yang harus diemban. Hal tersebut disetujui ibu mereka. "Dari awal, komitmen anak-anak maju caleg adalah 50 persen untuk partai, 50 persen lagi untuk rakyat. Saya akan tagih janji tersebut," ujar Siti Rohmah.

Dia lantas mengingatkan bahwa keluarga Zainal Abidin adalah keluarga yang basiknya pengusaha katering. "Jadi, saya meminta kepada mereka, kalau nanti sudah lewat masa jabatannya, tetap memperjuangkan usaha katering milik keluarga," kata Rohmah.

Selain ibu mereka, ketiga bersaudara itu sepakat bahwa di balik kesuksesan mereka, ada faktor kerja keras Riang Kulub Prayuda (Gaga), putra kelima Zainal Abidin. Lelaki yang ikut nimbrung di ruang tamu itu, ternyata juga pandai mengatur agar kempat bersaudara ini tetap rukun walau berbeda parpol.

"Mas Gaga sering memperingatkan kami dengan SMS-SMS-nya," ujar Ragil. Gaga yang mendengar pembicaraan Ragil pun terharu. Secara terus terang dia menginginkan seluruh saudaranya tetap rukun walau berbeda parpol. "Seperti komitmen mereka dari awal, perbedaan itu kebebasan. Jadi, meski berbeda parpol, jangan sampai dibawa pulang ke rumah. Apalagi dibawa ke meja makan," katanya, disambut gelak tawa adik-adiknya.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk1MzI=&click=MTg=)

Sabtu, April 25, 2009

Daerah Pemilihan Bogor - Wakil Rakyat Didominasi Wajah Baru

Daerah Pemilihan Bogor - Wakil Rakyat Didominasi Wajah Baru 

BOGOR - Keberuntungan nampaknya belum berpihak kepada para calon anggota legislatif (caleg) dari Kota Bogor untuk menduduki kursi DPRD Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil akhir rekapitulasi perolehan suara DPRD Jabar Dapil Jabar IV/Kota dan Kabupaten Bogor, hanya tiga caleg Kota Bogor yang diprediksi merebut kursi DPRD Jabar.

Mereka antara lain Momon Permono (Demokrat), Is Budi Widuri (PKS) dan Hasan Zainal Abidin (PPP). Tiga caleg itu meraih suara yang signifikan sehingga mampu mendongkrak perolehan suara partai. Sementara caleg kota yang bertarung di tingkat provinsi namun diprediksi gagal lolos di antaranya Iwan Suryawan (PKS), Rizal Barnadi (PAN), Eman Sulaeman (PPP), Lismo Handoko (PDIP) dan Elson Rojalie (Golkar). Perolehan suara yang diraih tidak mampu membawa ketiganya melenggang ke kursi DPRD Jabar.

Caleg PKS Iwan Suryawan misalnya, hanya mampu meraih total 6.873 suara, kalah jauh dengan perolehan suara caleg PKS Budi Widuri (39.358) dan Lalu Suryade (23.996) dari Kabupaten Bogor. Budi dan Lalu memperoleh suara terbanyak kesatu dan dua sehingga diprediksi lolos ke DPRD Jabar, karena PKS di Dapil Jabar IV diperkirakan memperoleh dua kursi.

Nasib serupa dialami caleg PAN Rizal Barnadi. Meski perolehan suaranya terbanyak ketiga (7.001), PAN diprediksi gagal memperoleh kursi. Demikian dengan caleg PDIP Lismo Handoko dan caleg Golkar Elson Rojalie. Perolehan suara kedua caleg tersebut tidak signifikan, sehingga belum mampu mengantarkan mereka duduk di kursi DPRD Jabar.

"Sejak awal saya maju ke tingkat provinsi, saya sudah siap dengan apa pun hasil yang akan diraih, jadi nggak perlu dipusingkan. Saya malah bersyukur masih ada masyarakat yang memilih saya," tutur Iwan Suryawan kepada Radar Bogor, kemarin.

Berdasarkan hasil akhir rekapitulasi perolehan suara DPRD Jabar Dapil IV/Kota dan Kabupaten Bogor, Demokrat kembali menunjukkan dominasinya. Partai berlambang bintang mercy itu diprediksi bakal menyabet empat kursi DPRD Jabar, disusul PKS, PDIP dan Golkar dengan perolehan masing-masing dua kursi. Jumlah sisa kursi direbut PPP dan Gerindra masing-masing satu kursi.

Wajah-wajah baru wakil rakyat juga akan mengisi kursi DPR RI dari Dapil Jabar III/Kota Bogor dan Cianjur. Berdasarkan hasil rekapitulasi perolehan suara di KPU Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur, diprediksi hanya satu mantan anggota DPR RI yang berpeluang terpilih kembali. Selain itu, ada delapan partai yang berpeluang menempatkan wakil-wakilnya di Senayan. Parpol tersebut adalah Partai Demokrat, Partai Golkar, PDIP, PKS, PPP dan Partai Gerindra atau Hanura.

Partai Demokrat diperkirakan dapat meraup minimal dua kursi DPR RI di Dapil Jabar III dari sembilan kursi yang tersedia. Jika prediksi ini terealisasi maka caleg nomor satu Sjarifuddin Hasan dan Sri Hidayati paling berpeluang menjadi wakil Partai Demokrat di Senayan. Di bawah Partai Demokrat bercokol Partai Golkar. Meski kalah dalam perolehan suara dari Partai Demokrat, Partai Golkar juga berpeluang menempatkan dua wakilnya. Dua caleg Partai Golkar yang paling berpeluang adalah Gatot Sudariyono dan Deding Ishak. Sementara lima kursi sisa kemungkinan akan dibagi rata oleh PDIP, PKS, PPP, Hanura dan Gerindra.

PDIP kemungkinan akan meloloskan caleg nomor urut satu Arif Budimanta dan nomor urut dua Leany Nani Harsa. Demikian halnya PPP hampir pasti meloloskan caleg utamanya yang juga Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, sementara PKS kemungkinan meloloskan caleg nomor urut empat H Ecky Awal Mucharam.

Anggota KPU Kota Bogor Undang Suryatna yang dikonfirmasi mengaku belum bisa memprediksi siapa saja caleg DPR RI Dapil Jabar III yang bakal melenggang ke Senayan.

"Soalnya untuk DPR RI sulit diprediksi, harus direkap dulu suaranya secara nasional. Jika parpol bersangkutan memperoleh 2,5 persen, baru dihitung perolehan kursinya. Jika tidak, kemungkinan besar tidak akan menempatkan wakilnya di Senayan," terang Undang.

Dari Dapil Jabar V/Kabupaten Bogor, Partai Demokrat juga meraih kursi DPR RI melalui Max Sopacua, Anton Sukartono Suratto dan HM Syaiful Anwar. Sementara Partai Golkar memastikan HM Roeslan. Caleg Partai Golkar lainnya Airlangga Hartarto belum bisa dipastikan meraih kursi, namun peluangnya tetap terbuka.

Partai lainnya yang bertarung di Dapil Jabar V dan meraih kursi DPR RI yakni H TB Soenmandjaja Rukmandis (PKS), Widjono Harjanto (Gerindra), PDIP (Helmy Fauzi), dan Ahmad Farial (PPP). Max Sopacua yang akan menjadi wakil rakyat dari Demokrat untuk kedua kalinya mengaku menjaga komunikasi yang sudah terjalin saat masa kampanye hingga setelah menjabat. Upaya itu dianggapnya sebagai kunci utama kesuksesan mempertahankan kursi di DPR RI.

Max mengatakan, satu periode lalu dia selalu all out dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat Kabupaten Bogor dalam bidang kesehatan. “Sampai Rp6 miliar rupiah selalu saya perjuangkan untuk menggulirkan berbagai program di berbagai rumah sakit Kabupaten Bogor,” paparnya.

Masyarakat Butuh Perubahan

Munculnya wajah-wajah baru yang akan mewarnai parlemen 2009-2014, menurut Pengamat Politik Ery Krisna, merupakan fenomena politik yang sudah diduga sebelumnya. Penggunaan sistem suara terbanyak dianggapnya sebagai faktor yang memicu persaingan caleg meningkat tajam, baik internal maupun eksternal partai.

Ery menyebut terjadi koreksi pasar yang dilakukan masyarakat dalam menyikapi pemilu kali ini. Bagi para incumbent yang dinilai belum bisa bekerja maksimal pada periode lalu, kalah bersaing dengan wajah baru yang menawarkan garansi janji yang begitu membuai.

“Walaupun wajah baru tidak mempunyai pengalaman, ternyata masyarakat masih berharap mereka (wajah baru, red) bisa memberikan perubahan. Dan jangan salah, untuk para wajah baru, masyarakat pun akan melakukan hal yang sama (koreksi, red) kepada mereka pada Pemilu 2014,” papar Eri kepada Radar Bogor, kemarin.

Pergeseran nilai politik tanah air, parpol dinilai tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan para kadernya. Masyarakat kemudian punyai kuasa lebih dari parpol. ”Hukuman dan seleksi alam ini bukan hanya dirasa para caleg, parpol pun harus membuat pembenahan. Dengan menggiring legislatif ke arah good political government maka esensi pembangunan di suatu daerah akan lebih terasa dengan strategi itu,” imbuh Eri. (sep/gar)

PREDIKSI PEROLEHAN KURSI PARPOL DAN CALEG TERPILIH DPRD PROVINSI JAWA BARAT DAPIL JABAR IV (KOTA DAN KABUPATEN BOGOR)

PARTAI DEMOKRAT 
1. dr. H. Akilla M. Hoesein
2. Hj. Sri Umiyati
3. Syafrudin Natsir Saanin
4. Ir. H. Momon Permono

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
1. drg. Is Budi Widuri S
2. IR. H. Lalu Suryade, MSi

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
1. H. Rudy Harsa Tanaya
2. Asyanti Rozana Thalib, SE

PARTAI GOLONGAN KARYA
1. Nawafie Saleh, MM., Drs., KH
2. Yoga Santosa, H

PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN
1. H. Hasan Zainal Abidin, EZ, SE, MM

PARTAI GERINDRA
1. H. Ricky Kurniawan, LC


PREDIKSI CALEG DPR RI TERPILIH Dapil III (Kota Bogor & Kabupaten Cianjur)
PARTAI DEMOKRAT  
1. Syarifuddin Hasan
2. Sri Hidayati
3. Supomo

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
1. Arif Budimanta
2. Leany Nani Harsa

PARTAI GOLONGAN KARYA
1. Gatot Sudariyono
2. Deding Ishak

PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN
1. Suryadharma Ali

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
1. H. Ecky Awal Mucharam

(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk1MDM=&click=MTY4)

Soal Penentuan Ketua DPRD Kabupaten Bogor - Demokrat Tantang PDI Perjuangan

Soal Penentuan Ketua DPRD Kabupaten Bogor - Demokrat Tantang PDI Perjuangan 

CIBINONG - Kursi Ketua DPRD Kabupaten Bogor menjadi rebutan partai politik (Parpol) yang menempatkan wakilnya di gedung dewan. Partai Demokrat mengklaim secara etika dan rancangan susunan kedudukan (Susduk) partai pemenang pemilu berhak menjadi ketua DPRD Kabupaten Bogor. Namun Ketua DPC PDI Perjuangan, Karyawan Fathurachman tak sepakat bila pemenang pemilu otomatis menjadi ketua DPRD. Alibinya rancangan Susduk ini belum ada pengesahan dari DPR RI.

Menyikapi hal ini, Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bogor, Max Sopacua menantang Ketua DPC PDIP Kabupaten Bogor, Karyawan Fathurachman untuk debat terbuka. Apalagi, Max tersingung atas pernyataan Karyawan Fathurachmnan yang menyebutkan bila sumber daya manusia (SDM) kader Demokrat belum mumpuni untuk menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bogor.

''Jangan samakan anggota Partai Demokrat sekarang dengan periode lalu. Sekarang SDM-SDM kami sudah siap menjadi pemimpin legislatif di daerah, termasuk Kabupaten Bogor,'' kata Max Sopacua.

Max menilai, Karyawan Fathurachman harus melakukan klarifikasi atas statementnya di koran ini. Soalnya figur Karyawan sebagai petinggi di eksekutif tercoreng karena statemennya tersebut.

Menyinggung soal kesiapannya untuk mengisi kursi ketua dewan, pihaknya masih melakukan penjaringan nama-nama kadernya yang siap dan memenuhi syarat.

''Kami siap debat dengan PDI Perjuangan agar semua tahu siapa yang SDM-nya paling siap untuk duduk di kursi Ketua DPRD. Memangnya kader PDI Perjuangan ada yang mumpuni menjadi ketua dewan,'' jelas juru bicara DPP Partai Demokrat itu.

Lalu apa tanggapan Karyawan Fathurachman? ''Saya siap meladeni tantangan demokrat,'' tegas Wawan sapaan akrabnya. Bahkan dirinya meminta jajaran Demokrat bisa tampil full team pada debat tersebut. Menurutnya partai yang memenuhi syarat satu fraksi di DPRD, mempunyai hak sama dalam mencalonkan Ketua DPRD.

''Kami mempunyai peluang sama, jadi jangan mentang-mentang partai pemenang bisa merebut kursi ketua DPRD,'' tukas Wabup Bogor ini.

Rencananya PWI perwakilan Kabupaten Bogor bakal mempertemukan khususnya kedua partai ini dan partai peraih kursi di DPRD Kabupaten Bogor. Diskusi ini berlangsung pada Kamis (30/4), dengan tema membaca peta politik di Kabupaten Bogor paska pemilu legislatif. Dipilihnya tema ini karena legislatif dan pucuk pimpinan eksekutif dari partai yang berseberangan pada saat Pilbup 2008. ''Saat Pilbup pasangan Rahman mendapat dukungan dari PDI Perjuangan dan PPP, sementara Partai Demokrat, Partai Golkar, PAN menyokong pasangan Nusae,'' kata ketua panitia dialog, Irwan Natsir.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk0OTQ=&click=NTQ=)

Pemkab Siap Bangun RSUD di Botim

Pemkab Siap Bangun RSUD di Botim

KLAPANUNGGAL - Pada 2010 pemkab berjanji membangun rumah sakit di Kecamatan Cileungsi. Hal itu dikatakan Bupati Bogor Rachmat Yasin saat melakukan Jumat keliling (Jumling) di Masjid Daarut Taqwa Kampung Bojonggirang Desa Bojong Kecamatan Klapanunggal, kemarin.

Kunjungan bupati ini mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat. “Di Bogor Timur (Botim) masih minim fasilitas kesehatan untuk masyarakat seperti rumah sakit. Pemerintah akan membangun fasilitas RSUD pada 2010,” ujarnya berjanji.

Selama ini, terang bupati, masyarakat yang menetap di wilayah Bogor Timur berjalan jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jarak tersebut tentu menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan kesehatan memadai.

Dalam kesempatan itu, bupati juga memberikan sumbangan Rp20 juta untuk Masjid Daarut Taqwa. Bantuan diterima langsung Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Bojong H Ginanjar. Kunjungan itu dimanfaatkan warga untuk menyampaikan aspirasinya kepada bupati.

Sebagian besar pertanyaan yang diajukan masyarakat kepada bupati yakni mendesak pemerintah memperhatikan sarana dan prasarana penunjang pembangunan di wilayah Bogor Timur.

Bagi masyarakat yang belum sempat mengajukan pertanyaan kepada bupati akan ditampung di kantor kecamatan sebelum dilanjutkan ke pemkab. Di akhir acara, bupati makan bersama masyarakat dan tokoh agama setempat di rumah ketua MUI Desa Bojong.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk0OTY=&click=MjU=)

Sekolah Gratis Itu Ngawur

Sekolah Gratis Itu Ngawur 

PENDAFTARAN sekolah sebentar lagi. Bahkan mungkin telah ada yang menutup masa pendaftaran dengan alasan kuota telah mencukupi. Peraturan yang melarang sekolah memungut biaya bagi peserta didik melalui program kampanye politik dana BOS justru akan menjadi bumerang bagi pemerintah (Diknas).

Mungkin kampanye sekolah gratis efektif bagi masyarakat tertinggal yang berprinsip 'yang penting anak bisa sekolah.' Tapi bagi masyarakat yang mengharapkan pendidikan berkualitas yang ingin anaknya sekolah di sekolah berkualitas, tidak cocok.

Mereka harus berhadapan dengan sekolah yang mendadak mengubah status menjadi RSBI atau SSN yang notabene tidak gratis. Kampanye sekolah gratis adalah gombal dan ngawur. Sudah banyak yang mengingatkan jangan pendidikan untuk kampanye politik. Terlebih masyarakat sekarang sudah mulai sulit dibodohi dan digombali. Tapi pemerintah tetap ngotot iklankan kampanye sekolah gratis.

Tinggal waktu yang akan menjawab apakah rakyat masih mudah dibuat terpukau dan digombali. Kita saksikan saja tayangnya Juli nanti.
(www.radar-bogor.co.id)

Muka-Muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor

Muka-Muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor
Perjuangkan Perbaikan Infrastruktur, Hingga Dorong Perekonomian Rakyat

Calon Anggota Legislatif (caleg) Hj Dian Rosita merupakan salah satu caleg perempuan dari delapan caleg terpilih yang berhak duduk di kursi di DPRD Kabupaten Bogor. Raihan 12141 suara di Dapil IV, ibu dua anak ini berjanji melakukan perubahan di parlemen Kabupaten Bogor. Apa saja yang bakal diperjuangkannya?

TAK meratanya pembangunan infrastruktur di bumi Tegar Beriman menjadi perhatian Dian Rosita. Selama masa kampanye sebelum Pertarungan Pileg, ia banyak menemukan daerah terisolir.

Infrasruktur jalan merupakan salah satu permasalahan besar bagi warga Kabupaten Bogor yang terisolir, kesulitan transportasi karena jalan rusak jadi biang kerok lemahnya perekonomian rakyat di wilayah pinggiran.

Dampak lemahnya perekonomian rakyat, peningkatan kesejahteraan masyarakat otomatis terhambat, berbeda bila arus transportasi hingga kepelosok mudah terakses tanpa harus menggunakan kendaraan khusus.

“Beberapa daerah yang pernah saya kunjungi selama masa kampanye masih banyak daerah yang sulit dilalui kendaraan karena medannya yang cukup berat,” kata Dian Rosita.

Untuk meningkatkan perekonomian rakyat, hal yang paling mendasar adalah pembangunan jalan dan jembatan untuk memudahkan memasarkan hasil pertanian warga yang tinggal di pelosok.

“Pentingnya infrstruktur jalan di wilayah pinggiran, menjadi perhatian saya,” ucap caleg nomor urut 2 Dapil IV tersebut.

Selain infrastruktur jalan, pemberdayaan wanita mendapat perhatian serius istri dari anggota DPRD Kabupaten Bogor, Bayu Sjahjohan ini. Dia berusaha mendorong agar wanita dapat berperan aktif dalam berbagai bidang, dari ekonomi, politik, hukum dan budaya. “Saat ini hanya delapan politisi perempuan yang lolos ke parlemen, periode berikutnya harus bertambah,” pungkas Dian.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk0NTQ=&click=NTg=)

Tunggu Hasil Resmi Pemilu Legislatif - JK-Mega Tunda Posisi Capres

Tunggu Hasil Resmi Pemilu Legislatif - JK-Mega Tunda Posisi Capres

JAKARTA - Pertemuan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) tadi malam gagal menghasilkan kesepakatan tentang figur calon presiden dan cawapres yang akan diusung koalisi. Kedua pemimpin partai itu dikabarkan belum mau mengalah karena hingga kini belum ada hasil resmi pemilu legislatif.

"Sampai hari ini tabulasi pemilu yang sedang berjalan belum selesai. Bahkan persentase suara yang sudah selesai dihitung masih minim. Padahal, itu menjadi bagian dari konsekuensi politis yang dibicarakan," ujar Megawati dalam keterangan pers bersama JK di kediaman Mega di Jalan Teuku Umar Menteng Jakarta Pusat, tadi malam.

Pertemuan yang berlangsung satu jam sepuluh menit tersebut dihadiri Ketua Dewan Pembina PDIP Taufiq Kiemas, Ketua Dewan Penasihat Golkar Surya Paloh, Sekjen Golkar Soemarsono dan Sekjen PDIP Pramono Agung Wibowo.

Berdasarkan informasi yang diterima, kedua pemimpin partai sebenarnya telah sepakat mengusung ketua umum partai yang perolehan suaranya dan perolehan kursi DPR-nya di pemilu legislatif lebih besar menjadi calon wakil presiden.

Sementara pemimpin partai yang lebih kecil rela menjadi cawapres. Namun, hingga saat ini, perolehan suara pemilu legislatif belum selesai dihitung. Berdasarkan penghitungan cepat, Golkar memang lebih unggul nol koma sekian persen dibanding PDIP. Namun, mengingat penghitungan cepat memiliki tingkat kesalahan (margin of error), kedua partai masih memiliki peluang untuk saling mengungguli di hasil perhitungan resmi KPU.

Perolehan kursi kedua partai juga belum bisa diyakinkan, karena kedua partai masih berpeluang menambah kursi DPR akibat pemberlakuan sistem parliamentary treashold.

"Diperkirakan akan ada tambahan suara 3 persen bagi masing-masing partai yang bisa mengubah perolehan kursi. Karena itu, sulit diprediksi siapa yang unggul perolehan suaranya," ujar seorang sumber di internal Partai Golkar.

Sambil menunggu selesainya penghitungan suara, kedua pemimpin sepakat membentuk tim negosiasi untuk membahas rincian rencana koalisi. Salah satu poin krusial yang harus diatur adalah bagaimana kedua partai harus bersikap selama sisa pemerintahan SBY-JK hingga 20 Oktober 2009. "Ini mengingat posisi PDIP sekarang ada di luar pemerintahan, sementara Golkar ada di dalam pemerintahan," terang Mega.

Kedua tim juga akan merundingkan time frame kesepakatan koalisi karena UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tegas menyebutkan batas akhir pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden adalah 10 Mei.

"Tentu pembicaraan sudah mengarah ke situ (pembahasan capres-cawapres), tapi dalam mencapai kesepakatan harus dibahas rinciannya. Intinya kita menunggu finalisasi (hasil penghitungan suara resmi pemilu legislatif di KPU)," tambah JK.

Kedua pemimpin juga sepakat melanjutkan komunikasi politik dengan partai-partai lain, sehingga diharapkan partai-partai lain mau menggabungkan diri membentuk pemerintahan yang lebih baik dan lebih efektif. "Sampai adanya keputusan tim, kami sepakat untuk sering bertemu dan berkirim makanan kesukaan masing-masing," selorohnya.

Ketika didesak wartawan tentang figur capres-cawapres yang akan diajukan, Mega menuturkan seluruh partai dalam kampanye pemilu legislatif pasti akan menempatkan ketua umum sebagai calon presiden.

"Doakan saja suatu ketika di Indonesia akan terwujud siapa akan bersedia menjadi capres dan cawapres. Saya yakin kalau kepentingannya demi bangsa dan negara, tidak akan ada yang sulit," kata Mega. "Ini baru pembicaraan awal. Pada waktunya akan disampaikan," imbuh JK.

Terkait masalah kecurangan pemilu, JK menegaskan sejak awal partainya berkomitmen untuk menyelesaikan dugaan manipulasi hasil pemilu melalui jalur hukum. Bila terbukti ada upaya sistematis menghalangi calon pemilih menggunakan haknya, Golkar akan menyelesaikan secara hukum.

"Pasal 290 UU Pemilu Legislatif tegas menyebutkan ada ancaman hukuman dua tahun bagi siapa saja yang dengan sengaja menyebabkan orang tidak bisa memilih. Golkar kini tengah mencari bukti dan akan melakukan langkah hukum bila ditemukan," tandas JK. 
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk0NjE=&click=MzM=)

Jumat, April 24, 2009

Lebih Dekat dengan Muka-Muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor (3)

Lebih Dekat dengan Muka-Muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor (3)
Susuri Daerah Pelosok, sang Suami Turut Membantu

Perayaan Hari Kartini 21 April 2009 tak terlupakan bagi Hj Dian Rosita. Calon anggota legslatif (Caleg) PDI Perjuangan ini ini daerah pemilihan (Dapil) IV, yakni mencapai 12.000 suara. Bagaimana strategi kampanyenya?

TIDAK ada kata tidak untuk sosialisasi dengan masyarakat setiap harinya. Hj Dian rajin mendatangi pelosok wilayah Kabupaten Bogor untuk memperkenalkan diri. Bahkan, tidak jarang Hj Dian juga mengeluarkan koceknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Jaringan struktur PDI Perjuangan di wilayah Dapil IV yang sudah dibangun kuat oleh kader pendahulunya menjadi nilai plus baginya. Apalagi sang suami Bayu Syahjohan membantu sosialisasi sang istri.

“Keluarga saya sangat menentukan raihan suara terbanyak. Tentunya ini berkat dukungan suami yang all out dan struktur partai yang kuat,” ujar perempuan kelahiran Jakarta 15 Januari 1975.

Perjalannnya untuk mencapai perolehan suara terbanyak pada pemilihan legislatif (Pileg) pada 9 April lalu bukan tanpa halangan dan rintangan. Berbagai isu tak sedap dari lawan politiknya kerap mewarnai jalannya Dian Rosita menuju kursi parlemen.

“Sekali lagi, berkat dukungan suami membuat saya bersemangat untuk meraih suara terbanyak di Dapil IV,” kata anak pasangan H Muhamad Yusuf Iskandar dan H Dewi Ernawati.

Sebagai pendatang baru di Gedung DPRD Kabupaten Bogor, Dian Rosita berjanji bakal memperjuangkan persamaan hak wanita. Soalnya hingga saat ini masih ada jarak antara wanita dan pria sehingga wanita tidak bisa banyak berperan aktif dalam proses kehidupan. “Saya akan memperjuangkan hak-hak wanita,” kata Dian.

Ibu dua anak ini juga bakal memperjuangkan rakyat untuk mendapatkan sembako murah sesuai dengan tujuan partai banteng moncong putih ditingkat pusat. “Saat ini rakyat butuh sembako murah. Penurunan harga BBM beberapa waku lalu tidak mampu merubah harga sembako,” katanya.

Ia juga berjanji mengembangkan perekonomian rakyat dengan memperhatikan infrastruktur jalan . “Saya fokus pada infrastrutur jalan, pendidikan, dan kesehatan sehingga taraf hidup masyarakat Bogor Barat yang dibawah garis kemiskinan bisa ditingkatkan,” ujarnya.

Permasalahan lain yang sangat krusial di wilayah Bogor Barat adalah bidang pendidikan. Masih banyak inrastruktur pendidikan yang sudah tidak layak. Selain itu masalah kesehatan juga menjadi salah satu hal yang sangat pentiang. Dia menilai, masih banyak masyaraat di wilayah Bogor Barat belum mampu menikmati pengobatan murah. “Banyak masyarakat yang mengeluhkan letak Puskesmas yang jauh,” ujarnya.

Kedepannya, penambahan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu diwilayah Bogor Barat merupakan hal yang mutlak.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk0Mzg=&click=NDY=)

Masyarakat Menghadiri Deklarasi Megawati-Prabowo

Masyarakat Menghadiri Deklarasi Megawati-Prabowo
 
Bekasi - Ribuan anggota masyarakat menghadiri acara Deklarasi pasangan Calon Presiden (Capres) Megawati Soekarnoputri dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prabowo Subianto di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (24/5).

Ketua Panitia Pelaksana lokal, Tumai, di Bekasi, mengatakan para hadirin adalah kader dan simpatisan PDIP dan Gerindra, serta sembilan partai pendukung di antaranya, Partai Karya Perjuangan, Partai Kedaulatan, Partai Buruh, Partai Merdeka, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah (PPNU), Partai Syarikat Indonesia (PSI), Partai Indonesia Sejahtera (PIS), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaen.

"Masyarakat yang hadir diluar perkiraan kami. Semula kami targetkan 10 ribu orang, tapi hingga pukul 11.00 WIB hadir lebih dari 20 ribu orang dari kader dan simpatisan serta partai pendukung dan masyarakat," kata Tumai.

Tumai mengatakan telah mendistribusikan ribuan surat undangan deklarasi Mega-Prabowo ke sejumlah perwakilan daerah. 

"Dalam acara ini kami melibatkan ratusan pedagang makanan tradisional dan kaki lima yang selama ini termarjinalkan. Mereka bebas untuk berjualan di tenda hiburan rakyat," katanya

Susunan acara kegiatan deklarasi Mega-Prabowo, kata Tumai, dimulai pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIB. Acara akan dibuka melalui lantunan musik rakyat yang dibawakan pengamen jalanan, doa oleh enam pemuka lintas agama, Menyanyikan lagu Indonesia Raya, Pembacaan teks Pancasila, Pembacaan puisi "Karawang-Bekasi" berikut penyerahan bendera Merah Putih, dilanjutkan pidato Capres dan Cawapres, dan Prosesi deklarasi rakyat.

"Pembacaan puisi `Karawang-Bekasi` akan dibacakan WS Rendra, sementara penyanyi ternama Edo Kondologit akan membawakan lagu `Ibu Pertiwi," katanya.

Acara deklarasi Mega-Prabowo berlangsung di atas lahan zona tiga C Bantar Gebang seluas lebih kurang 1,5 hektare, dilengkapi satu panggung utama berukuran 40x10 meter dan dua panggung pendamping berukuran 20x5 meter berikut sistem pengeras suara. Panggung utama berhadapan dengan tenda raksasa yang memiliki kapasitas tampung 3000 orang dilengkapi 10 layar TV flat.

Ribuan spanduk dan bendera dukungan Mega-Prabowo terpampang di sepanjang jalan menuju ke TPA Bantar Gebang dari organisasi masyarakat, diantaranya Komando Bela Marhaen, Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) Kota Bekasi, Komando Bela Rakyat Indonesia, Taruna Merah Putih Kota Bekasi, Gerakan Ekonomi Rakyat Merah Putih, Pemuda Tani, Perhimpunan Masyarakat Muda (Persada), dan Perempuan Indonesia.

Di sebelah Timur panggung utama terdapat bendera merah putih raksasa berukuran 100x70 meter yang melambangkan Kota Bekasi sebagai kota Patriot serta ribuan balon berwarna merah putih.

Mayoritas pengunjung mengenakan seragam berwarna merah, hitam, dan kuning. Di depan pintu masuk menuju panggung utama semua pengunjung mendapat topi petani berwarna merah bertuliskan "Mega-Prabowo" dari panitia penyelenggara.
(http://pemilu.antara.co.id/view/?tl=masyarakat-menghadiri-deklarasi-megawati-prabowo&id=1243146690)

Golkar Bidik Mega Jadi Cawapres

Golkar Bidik Mega Jadi Cawapres 

JAKARTA - Rapimnas Partai Golkar akhirnya menetapkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla sebagai calon presiden. Partai Golkar juga memberi mandat penuh pada Jusuf Kalla untuk berkomunikasi dengan partai-partai pemenang pemilu legislatif untuk mengajukan paket capres-cawapres yang akan menantang SBY di pemilu legislatif.

"Mulai hari ini saya mendapat penuh dari partai untuk menjalin rencana koalisi di pemilu presiden. Hasilnya nanti akan dilaporkan pada DPD-DPD dalam forum setingkat rapat pimpinan," ujar Jusuf Kalla dalam keterangan pers usai Rapimnas Partai Golkar di Hotel Borobudur, kemarin.

Kalla menuturkan, dia akan mulai berkomunikasi dengan partai-partai yang lolos parliamentary treashold untuk menggenapi syarat mengusung capres/cawapres, yakni 20 persen kursi atau 25 persen suara di pemilu legislatif. Golkar yakin tidak akan kesulitan mencari mitra koalisi karena perolehan 110 kursi kursi DPR artinya mendekati 20 persen dari 560 total kursi DPR.

"Siapa yang akan kita ajak berkoalisi, itu tugas saya dan teman-teman di partai untuk menjajaki koalisi membentuk pemerintahan yang kuat dan didukung parlemen," terang dia.

Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh mengakui, prioritas utama Golkar kini memang Menjalin koalisi dengan PDI Perjuangan. Kedua partai dinilainya telah satu komitmen untuk menjalin pemerintahan yang kuat dan didukung parlemen.

"PDIP dan Golkar juga sudah membangun semangat kebersamaan sejak sebelum Rapimnasus memutuskan ketua umum DPP Partai Golkar sebagai capres," tegasnya.

Bila keputusan Jusuf Kalla sebagai calon presiden adalah harga mati bagi Golkar, nama calon wakil presiden akan dikomunikasikan dengan partai-partai calon partner koalisi. Karena itu, Golkar belum bisa memastikan kesediaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai cawapres pendamping Jusuf Kalla. " (Nama cawapres) Itulah yang harus dikompromikan dengan partai-partai calon koalisi. Saat ini belum ada nama," tegasnya.

Kalla mengakui, menjadi tugasnya untuk memastikan keputusan Rapimnasus didukung oleh seluruh fungsionaris DPP Partai Golkar. Ini untuk mencegah terulangnya peristiwa di pemilu tahun 2004, ketika Golkar mengusung calon presiden sendiri, sementara kader-kadernya menjadi calon wakil presiden bersama capres lain.

"Saya yakin kader Golkar tidak akan dengan mudah meninggalkan partai begitu saja untuk mengejar kekuasaan," tegas Kalla.

Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Sultan Hamengku Buwono X yang dikabarkan akan dikirim ke Cikeas mendampingi SBY mengaku patuh pada keputusan partai. Dia mengaku tidak kecewa karena partainya tidak mengusungnya sebagai calon presiden.

"Tidak masalah. Saya mendukung keputusan partai, karena dengan keputusan ini, Golkar kembali ke identitasnya yang tak takut bertarung," katanya legawa.

Karena putusan partai sudah diambil, Sultan juga menegaskan dirinya tidak akan bertarung memperebutkan kursi calon wakil presiden. "Toh, peluang saya kecil," katanya sambil tersenyum.

Menindaklanjuti keputusan Rapimnasus tersebut, pekan depan Golkar akan menggelar lagi rapat setingkat Rapimnas untuk membahas kesepakatan koalisi capres-cawapres, pembentukan badan pemenangan pemilu presiden, merumuskan strategi pemenangan pemilu, dan membuat jadwal kampanye nasional.
(http://www.radar-bogor.co.id/index.php?ar_id=Mjk0MDk=&click=MzE=)

Siap Beroposisi Bila Kalah Pilpres (Golkar-PDIP Sepakat Koalisi)

Siap Beroposisi Bila Kalah Pilpres
Golkar-PDIP Sepakat Koalisi

JAKARTA - Penjajakan koalisi terus dilakukan Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Tadi malam, Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla bertemu dengan Ketua Dewan Pembina DPP PDI Perjuangan Taufiq Kiemas di Posko Slipi II Jalan Ki Mangunsarkoro Jakarta Pusat.

Berbeda dengan rapat-rapat sebelumnya, Jusuf Kalla tidak didampingi fungsionaris DPP Partai Golkar. Kalla hanya didampingi Ketua Dewan Penasihat DPP Partai Golkar Surya Paloh, Sekjen Soemarsono, Wasekjen Iskandar Mandji, Wakil Bendahara Umum Halim Kalla dan Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud yang juga ipar Jusuf Kalla.

Dalam pertemuan itu, Taufiq Kiemas didampingi sejumlah petinggi DPP PDI Perjuangan, yakni Sekjen Pramono Anung Wibowo, Ketua Bappilu Tjahyo Kumolo, Ketua DPP Arif Budimanta, Ketua DPP Puan Maharani dan fungsionaris DPP Panda Nababan.

Taufiq Kiemas datang ke Posko Slipi II sekitar pukul 19:40 dengan Range Rover Sport B 8492 BS dan Toyota Lexus B 8473 BS. Dia disambut Jusuf Kalla di depan pintu rumah kontrakan yang disewa DPP Partai Golkar untuk rapat-rapat pemenangan pemilu tersebut.

Pertemuan yang berakhir sekitar pukul 20:35 menghasilkan kesepakatan kedua partai untuk berkoalisi di pemilu legislatif. "Kedua partai sepakat untuk bekerjasama membangun pemerintahan yang kuat. Istilahnya frame-nya sudah kita sepakati, tapi untuk mengisi frame akan dibicarakan lebih lanjut," ujar Jusuf Kalla.

Untuk menindaklanjuti pertemuan tadi malam, Jusuf Kalla malam ini sekitar pukul 19:30 akan bertamu ke kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar Menteng Jakarta Pusat.

"Kami akan memberi kesempatan ketua umum Golkar bertemu ketua umum PDIP untuk berbicara dari hati ke hati agar segala permasalahan selesai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya," ujar Taufiq Kiemas.

Taufik menjanjikan pertemuan nanti malam akan menghasilkan kesepakatan tentang posisi capres dan cawapres koalisi Golkar-PDIP serta partai-partai yang akan diajak menjadi pendukung koalisi.

"Mohon maaf, berita besarnya baru besok (nanti malam), belum malam ini (tadi malam). Butuh beberapa pertemuan summit meeting dan dilanjutkan dengan pertemuan teknis untuk menyelesaikan masalah yang ada," terangnya.

Setelah dipastikan bercerai dengan SBY, Jusuf Kalla mulai mengeluarkan komentar kritis pada SBY. Forum Rapat Pimpinan Nasional Khusus Partai Golkar seolah menjadi ajang pembelaan diri Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla.

Di depan peserta Rapimnas, Kalla membeberkan sejumlah penyebab kekalahan Golkar di pemilu legislatif sekaligus mengklarifikasi sejumlah hal yang menyebabkan Partai Demokrat menolaknya menjadi calon wakil presiden pendamping SBY.

Membuka pidatonya, Jusuf Kalla yang mengenakan jas kuning menegaskan dirinya bertanggung jawab penuh atas kegagalan Golkar merealisasi target perolehan suara 25-30 persen di pemilu legislatif. "Saya tidak membela diri di sini. Sebagai ketua umum saya bertanggung jawab penuh pada hasil pemilu secara nasional, dan pengurus daerah bertanggung jawab pada perolehan suara untuk daerah masing-masing," katanya.

Kalla menuturkan, sebagai partai pendukung pemerintah, Golkar telah menjalankan tugas pemerintahan dengan baik. Buktinya, kepuasan masyarakat atas keberhasilan pembangunan lebih tinggi dibanding awal pemerintahan.

"Namun, keberhasilan pemerintah tidak bisa dikapitalisasi maksimal oleh Golkar, karena posisi kita bukan partai utama di pemerintahan," katanya.

Selain itu, jumlah partai peserta pemilu yang sangat besar dan penyebaran suara akibat adanya dua kader Golkar yang mendirikan partai politik sendiri menyumbang penurunan suara Golkar.

Kalla juga mengakui kelemahan DPP Partai Golkar mengklaim sejumlah program yang mendapat apresiasi tinggi dari rakyat, seperti pembagian bantuan langsung tunai dan penurunan harga bahan bakar minyak. Kalla mengakui, Golkar tidak ikut mengklaim program-program yang menaikkan suara Partai Demokrat, karena sudah ada kesepakatan di kabinet tidak boleh ada partai anggota koalisi yang berhak mengklaim keberhasilan program-program pemerintah.

"Penyebab lain adalah banyaknya laporan dari daerah-daerah basis tradisional suara Golkar tentang kisruh daftar pemilih tetap, sehingga banyak suara kader Golkar yang hilang," katanya.

Karena kekalahan di pemilu legislatif tersebut, Golkar harus realistis menghadapi pemilu presiden dengan menjalin koalisi bersama partai-partai lain. Berdasarkan rapat pengurus harian, kata Kalla, Golkar memprioritaskan kerjasama koalisi dengan Partai Demokrat yang telah bekerjasama di pemerintah lima tahun terakhir.

Namun, tim negosiasi kedua partai yang selama sepekan berunding menemui buntu karena Demokrat meminta Golkar mengajukan lebih dari satu nama calon wakil presiden mendampingi SBY. Secara tidak langsung, Demokrat meminta Golkar tidak lagi mencalonkan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden.

Jusuf Kalla menegaskan, perundingan rencana koalisi dengan Demokrat dihentikan karena Golkar sebagai pemenang tidak ingin merendahkan diri. Golkar berpendapat koalisi di pemerintahan harus sepadan karena siapa pun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden harus bekerja yang sama beratnya dan memiliki tanggung jawab yang sama besar.

Kalau berkeinginan menjalin koalisi, Partai Golkar harus menentukan sendiri siapa yang mewakili partai di pemerintahan. Bukan pihak lain yang memilih siapa yang akan dipilih, karena ini tanggung jawab partai, bukan pribadi. "Dengan demikian, koalisi bisa sepadan, saling menghargai, dan saling menghormati satu sama lain," tegas Kalla.

Jusuf Kalla menandaskan, Golkar adalah partai besar yang dipercaya puluhan juta orang. Sebagai partai besar, Golkar punya harga diri (marwah) partai sehingga punya pendirian sendiri. "Golkar bukan partai pembeo yang bisa didikte ini-itu," tegasnya.

Jusuf Kalla menandaskan, kader-kader Golkar di pemerintahan telah berbuat yang terbaik. Dia mencontohkan, bantuan langsung tunai yang diklaim sebagai hasil pekerjaan Partai Demokrat dan SBY merupakan hasil pekerjaan Partai Golkar.

"BLT itu kami (Jusuf Kalla) yang konsepkan, Menko Kesra (Aburizal Bakrie-anggota Dewan Penasihat DPP Partai Golkar) yang melaksanakan," tandasnya.

Kalla juga membantah bila selama berduet dengan SBY sebagai wakil presiden memposisikan dirinya sebagai co-chairman, yang memiliki wewenang mengambil keputusan sebesar yang dimiliki presiden.

"Tidak ada keputusan pemerintah apa pun yang diambil tanpa keputusan presiden. Wakil presiden memang mengambil keputusan tapi sifatnya teknis. Keputusan wapres tidak akan pernah dilaksanakan bila tidak disetujui presiden," tandasnya.

Selain Bantuan langsung tunai, Kalla juga mengklaim keberhasilan swasembada pangan dan infrastruktur yang mencorong di era kepemimpinan SBY-JK sebagai hasil pekerjaan kader-kader Golkar. "Saya turun langsung ke lapangan untuk mendorong, memantau, dan memberi arahan agar kita bisa swasembada, dan pembangunan infrastruktur berjalan seperti yang kita rasakan sekarang," tandasnya.

Kalla membenarkan pernyataan SBY yang menyatakan tidak pernah ada pembagian kekuasan antara presiden dan wakil presiden, dimana presiden dikabarkan fokus pada bidang politik dan keamanan, serta wapres mengurusi pembangunan ekonomi.

"Memang tidak ada pembagian kekuasaan, karena keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik juga saya yang mengurus. Karena itu kita bisa menyelesaikan konflik di Aceh," katanya berapi-api disambut tepuk tangan kader-kader Golkar yang hadir di Rapimnasus.

Bila presiden mengklaim keberhasilan tanpa menghitung kontribusi Golkar, kata dia, maka presiden sudah melupakan stabilitas politik yang selama lima tahun diperjuangkan Golkar di parlemen dan di percaturan politik nasional. "Selama lima tahun, Golkar yang bemper pemerintah. Pak Agung (Wakil Ketua DPP Golkar Agung Laksono) yang paling tahu hal itu," katanya.

Kalla mengakui, selama lima tahun ada kalanya Partai Golkar bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah di parlemen. Namun, dia menilai sikap tersebut karena Golkar adalah partai modern yang tidak membeo pada semua kebijakan pemerintah tanpa mempertimbangkan kepentingan rakyat.

"Kalau ada perbedaan pendapat itu karena kita tidak ingin jadi yes man lagi. Partai Golkar justru memberi masukan untuk memperkuat keputusan. Bukankah kalau ada kritikan itu DPR itu justru kita dambakan, karena menandakan demokrasi kita sehat? Tanpa kritik DPR, pemerintah akan menjadi diktator" tandasnya.

Dalam pidatonya, Kalla juga menanggapi sorotan publik pada partainya yang identik dengan korupsi. Dia menegaskan, kader Golkar di bawah kepemimpinannya tidak pernah ada yang tertangkap karena melakukan tindak pidana korupsi. Meski ada beberapa kader Golkar yang berurusan dengan hukum, kasus-kasus yang menjeratnya dilakukan sebelum periode 2004-2009.

Hal itu disebabkan DPP Partai Golkar melarang kader-kader Golkar yang duduk di parlemen dan pemerintahan melakukan kegiatan yang menguntungkan material partai. DPP juga tidak lagi mengutip sumbangan di luar ketentuan pada kader-kadernya untuk membiayai kegiatan-kegiatan partai. "Ini membuat kader-kader Golkar di DPR bersih dari tindak pidana korupsi," terangnya.


Golkar Siap Beroposisi bila Kalah Pilpres

Jusuf Kalla menegaskan, pada pemilu legislatif 2009, perolehan suara Golkar turun sekitar 6 persen dibanding pemilu legislatif 2004. Ini menyebabkan kursi Golkar di DPR turun sekitar sembilan kursi dari 126 kursi yang dikuasai Golkar tahun ini. Karena itu, bila nantinya Golkar kalah di pemilu presiden, Golkar tidak akan ragu bila harus beroposisi.

"Selama di pemerintahan atau oposisi itu untuk kepentingan rakyat, nilai amalnya sama saja. Golkar memang tidak terbiasa jadi oposisi, tapi kita harus membiasakannya. Menjadi oposisi juga amalan yang baik," tegasnya.

Dengan bergurau, Kalla menilai beroposisi jauh lebih mudah dilakukan Golkar dibanding membela pemerintah. "Kita tinggal cari kesalahan, hantam, lalu keluar ruangan, selesai," selorohnya.

Golkar saat ini juga menguasai pemerintahan di daerah. Ini karena Golkar memenangi 40 persen pilkada. Bila bergabung dengan PDIP yang memenangi 35-40 persen pilkada, kekuatan oposisi akan sangat menentukan baik dan buruknya pemerintahan.

"Tidak bisa dibayangkan hasil pembangunan dan imej pemerintah kalau tidak ada Golkar di pemerintahan. Karena itu, dalam waktu dekat akan kita panggil semua bupati-gubernur Golkar untuk memenangkan kita di pemilu presiden," tandasnya.

Kalla juga menjelaskan mengapa dalam kampanye pemilu legislatif lalu Golkar menggunakan tag line kampanye lebih cepat, lebih baik. "Pemerintah sekarang ini baik dan sangat baik. Tapi kalau pemerintahan dipimpin Golkar, hasilnya pasti akan lebih cepat dan lebih baik. Saya tidak pernah mengkritik orang (SBY) lebih lambat dan lebih buruk, tapi kalau kita tidak katakan itu apa yang kita jual. Masak saya katakan dipimpin Golkar akan lemah dan buruk," katanya disambut tawa kader-kadernya.
(http://www.radar-bogor.co.id/index.php?ar_id=Mjk0MDg=&click=MzQ=)

Kamis, April 23, 2009

Lebih Dekat dengan Muka-muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor (2)

Lebih Dekat dengan Muka-muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor (2) 
Tinggalkan Dunia Jasa Kontruksi, Serius di Legislatif


Sebetulnya Bambang Gunawan tak ingin larut dalam euphoria keberhasilannya. Saat tim sukses merayakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan keberhasilannya. Ratusan SMS yang berisi ucapan terimakasih, tak henti-hentinya masuk ke ponsel miliknya. Kini Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bogor ini janji mengabdi pada rakyat. Seperti apa komitmennya?

MEMBAWA amanat 5.611 suara, bukanlah hal mudah. Hancurnya nama baik hingga terperosok ke jeruji besi, menjadi resiko yang harus ia diambil bila membohongi konstituennya. Bambang mengaku siap untuk menjaga amanat tersebut. Seminggu terakhir, rekan dan kerabat Bambang telah memberikan ucapan selamat kepadanya. Bambang justru menganggap hal itu bukan suatu yang berlebih.”Bila berpikir lebih dalam lagi, saya sedang mendapat amanat yang berat. Jadi mau tidak mau saya harus pertanggungjawabkan hal tersebut,” ucapnya.

Bambang menanamkan cita-cita dan pengharapan mulia, pada pembangunan di bumi Tegar Beriman kedepan. Untuk permasalahan di dunia usaha, Bambang berharap pemerintah mampu meramu birokrasi dan keamanan usaha sehingga bisa memikat para investor menanamkan modalnya di Kabupaten Bogor. Pasalnya, beberapa kali kerusuhan seperti penolakkan TPST Bojong menjadi preseden bagi dunia usaha.

“Saat warga Desa Bojong, Kecamatan Klapanungga menyerang TPST Bojong, pengusaha berpikir 1000 kali untuk menanamkan investasinya,” paparnya.

Selain mengkritisi keadaan dunia usaha, Bambang juga berharap program bupati tentang membranguskan tempat-tempat maksiat di Kabupaten Bogor, bisa dijalankan dengan tegas. Terakhir, Bambang kecewa dengan perwajahan Cibinong yang saat ini kumuh dan terbelakang.

“Harus ada nilai tambah untuk sebuah kawasan ibukota. Keadaan Cibinong saat ini, masih jauh dari yang diharapkan,” pungkas Bambang.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=Mjk0Nzc=&click=Ng==)

Politisi PAN: Duet SBY-Hatta Pasangan Tepat

Politisi PAN: Duet SBY-Hatta Pasangan Tepat

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) memandang Mensesneg Hatta Rajasa sebagai tokoh spesial yang akan dipilih SBY sebagai cawapres di Pilpres Juli nanti. Hatta selama ini sangat dipercaya SBY.

"Pak Hatta sangat istimewa di mata SBY, meskipun pernah dipindah-pindah di kabinet, tetapi sekarang jabatan Mensesneg itu sangat spesial," tutur Ketua DPP PAN, Patrialis Akbar di ruang kerjanya, di lantai 19 Gedung Nusantara I DPR, Senayan Jakarta, Kamis (23/4/2009).

Hal ini, menurut Patrialis, merupakan prestasi tersendiri bagi Hatta Rajasa. Sebab, tidak semua orang bisa memperoleh posisi seperti Hatta. "Pak Hatta sangat dipercaya, semua rahasia negara ada di situ," imbuh Patrialis.

Selain itu, menurut Patrialis, pasangan SBY-Hatta adalah pasangan yang tepat seperti asal-usul yang menjadi mitos selama ini. "Mencampurkan Jawa dan non Jawa kan bagus," ujar Patrialis.

Meskipun demikian, tambah dia, PAN tetap melakukan pendekatan dengan dengan capres lain untuk pilpres nanti. "Pendekatan kan lebih diutamakan, sudah bertemu dengan pimpinan partai lain," kata politisi asal Sumatera Barat ini.

"Kita harus realistis dan objektif, namanya politik tidak ada musuh abadi yang kita inginkan perkawanan abadi," pungkas dia.

Saat ini, ada dua nama calon kuat sebagai pendamping SBY, yaitu Akbar Tandjung dan Hatta Rajasa. Hatta dinilai paling kuat, setelah Golkar memutuskan cerai dengan Demokrat.
(detik.com)

SBY-JK Cerai, PKB Serahkan Cawapres pada SBY

SBY-JK Cerai, PKB Serahkan Cawapres pada SBY

Perkembangan terbaru dari peta koalisi capres-cawpres terus berubah. Sebagai bagian dari koalisi pendukung SBY, sebenarnya PKB menginginkan duet SBY-JK dapat diteruskan, tetapi karena ada hal yang membuat kedua tokoh berbeda, PKB menyerahkan sepenuhnya pada SBY untuk memilih cawapresnya.

"Kita menilai duet SBY-JK ini lumayan bagus. Meski ada beberapa perbedaan, itu wajar sebagai dinamika. Kami berharap dapat dilanjutkan duet ini, tetapi kalau kemudian pecah, ya kami serahkan pada SBY memilih pendampingnya," kata Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding kepada detikcom, Kamis (23/4/2009).

Menurut caleg DPR RI terpilih dari dapil Magelang ini, keberlangsungan pemerintahan yang kuat dengan ditopang parlemen yang solid akan semakin mempermudah jalannya Indonesia keluar dari krisis global. Karena itu, PKB berharap SBY dapat memilih cawapres yang mampu membantu tugas beratnya menjadikan Indonesia lebih baik dan sejahtera.

"Kami melihat Pak SBY punya kemampuan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. Agar tugas beliau lebih ringan, beliau harus memilih cawapres yang benar-benar mampu membantunya," paparnya.

Saat ditanya apakah PKB sudah menentukan dukungannya terhadap cawapres SBY yang sudah beredar di media saat ini. Karding menjawab diplomatis,"Itu kan media yang nulis. Saya yakin Pak SBY memiliki calon yang sama sekali tidak dipikirkan media. Beliau itu orangnya top," pungkas Karding.
(detik.com)

Gerindra Harap Golkar Bergabung ke Teuku Umar

Gerindra Harap Golkar Bergabung ke Teuku Umar

DPP Partai Golkar bercerai dengan Demokrat. Partai Gerindra pun berharap partai beringin ini bergabung dengan kubu Teuku Umar.
 
"Semoga bergabung di Teuku Umar atau di Blok Prabowo," ujar Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi saat ditemui usai rapat di kantor DPP Gerindra, Jl Brawijaya IX, Jakarta Selatan, Rabu (22/4/2009).

Suhardi menjelaskan posisi Prabowo tidak akan terancam dengan kehadiran Partai Golkar. Prabowo masih berpeluang menjadi capres atau cawapres dari kubu Teuku Umar. Suhardi juga menjelaskan saat ini Prabowo telah memiliki dukungan dari parpol-parpol kecil.

"Saya kira spirit fighting Prabowo masih lebih tinggi dari yang lainnya," ungkap Suhardi.

Menurut Suhardi justru Prabowo memiliki kedekatan dengan Golkar. "Beliau itu kan dulu pernah jadi orang Golkar," jelasnya.

Menurut Suhardi memang sudah ada beberapa pembicaraan politik antara Gerindra dan Golkar. Sehingga ia pun tidak heran mendengar saat Golkar memutuskan enggan berkoalisi lagi dengan Demokrat.

"Sudah beberapa kali orang Golkar berkomunikasi dengan saya," jelasnya.

Sementara itu Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto masih menunggu langkah politik antara Golkar dan Kubu Teuku Umar. Mantan Danjen Kopassus ini mengaku masih lebih concern menurusi masalah DPT.

"Kita lihat saja nanti ya," jelas Prabowo.
(detik.com)

PAN Usulkan 3 Cawapres untuk SBY

PAN Usulkan 3 Cawapres untuk SBY

Partai Amanat Nasional (PAN) semakin merapat ke Partai Demokrat (PD). Bahkan sudah mempersiapkan 3 cawapres untuk capres PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
 
"Tentu kita sangat obyektif realistis dengan 6 persen kira tidak maju capres, cawapres sangat memungkinkan, dan kemungkinan dengan partai pemenang pemilu," tutur Ketua DPP PAN Patrialis Akbar.

Hal ini disampaikan Patrialis di ruangan kerjanya di lantai 19 Gedung Nusantara I DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4/2009).

Menurut Patrialis, saat ini PAN sudah mempersiapkan tiga kadernya untuk mendampingi SBY menghadapi pilpres Juli nanti.

"Ada beberapa nama, Pak Ketua Umum kami (Soetrisno Bachir), Pak Hatta Rajasa dan Pak Fatwa," tutur Patrialis.

Dia menambahkan, PAN tetap akan mengajukan lebih dari satu pasangan capres dan memberikan keleluasaan bagi SBY untuk memilih sendiri yang dianggap cocok.

"Kita tidak ingin masa akhirnya malah perseteruan, karena dipaksakan pernikahannya. Harus disertai rasa saling menerima," kilahnya.

Meskipun demikian, Patrialis menjelaskan, keputusan akhir PAN masih menunggu rapimnassus yang akan digelar akhir bulan ini. "Minggu tanggal 26 kami akan plenokan, tadi malam kami sudah rapat harian, dan sudah kami sajikan," pungkasnya.
(detik.com)

3 Hari Dipindah ke KPU, Tabulasi Tetap Saja Belum Siap Pakai

3 Hari Dipindah ke KPU, Tabulasi Tetap Saja Belum Siap Pakai

Hari ketiga sejak tabulasi pemilu dipindah ke KPU, fasilitas itu ternyata belum siap dinikmati. Komputer yang disiapkan untuk mengakses tabulasi belum bisa terkoneksi ke internet.

Pantauan detikcom di ruangan Media Center KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Kamis (23/4/2009) pukul 10.30 WIB, sebuah LCD tampak diletakkan di atas sebuah bangku di tengah ruangan. Di depannya terbentang layar berukuran 3x2,5 meter.

Dari LCD yang terhubung dengan sebuah komputer ini tabulasi memang bisa diakses. Namun hanya itulah satu-satunya alat pengakses. Sedangkan dari 5 komputer yang disiapkan, yang biasanya dipakai oleh para caleg dan wartawan di Hotel Borobudur, tabulasi belum bisa diakses.

Belum ada keterangan resmi dari KPU kapan tabulasi itu bisa diakses secara massal lewat komputer yang disediakan. Saat ini petugas operator tengah sibuk mengutak-atik kelima komputer itu supaya bisa terkoneksi ke internet.

"Mungkin nanti siang bisa," ujar salah seorang petugas.

Perolehan suara di tabulasi sendiri saat ini masih mentok pada angka 14.030.427. Peringkat pertama tetap diduduki Demokrat dengan perolehan 2.890.871, peringkat kedua Golkar dengan suara 2.051.724, sedangkan urutan ketiga diduduki PDIP dengan suara 1.969.881.
(detikcom)

Saksi Laporkan Kasus Kotak Suara Terbuka

Saksi Laporkan Kasus Kotak Suara Terbuka

Purwakarta: Enam saksi dari enam partai politik yang mewakili 12 parpol mendatangi kantor Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (22/4). Mereka mengadukan soal ditemukannya 32 kotak suara yang sudah terbuka. Bahkan gembok kunci kotak suara tercecer di halaman sekretariat KPU Purwakarta sebelum dilaksanakan rekapitulasi penghitungan suara untuk Kecamatan Sukatani.ADVERTISEMENT

Keenam saksi ini meminta Panwaslu Purwakarta segera menindaklanjuti kasus yang tergolong sebagai tindak pidana pemilu. Mereka juga minta Panwaslu mengusut tuntas kasus terbukanya 32 kotak suara karena hal ini diduga disengaja untuk merubah hasil rekapitulasi suara salah satu parpol. Sayangnya tidak satupun anggota Panwaslu yang menerima laporan. Mereka hanya diterima oleh petugas sekretariat Panwaslu
(Liputan6.com)

Penggelembungan Suara Caleg Partai Demokrat Terbongkar

Penggelembungan Suara Caleg Partai Demokrat Terbongkar

Dugaan praktek penggelembungan suara dalam pelaksanaan pemilihan legislatif terbukti di Kabupaten Sumenep, Madura. Demi bisa memenangkan pemilu, seorang caleg Partai Demokrat untuk DPRD Jatim terungkap menekan PPK untuk melambungkan suaranya.ADVERTISEMENT

Imbasnya hasil suara caleg tersebut di Kecamatan Manding, yang semula hanya meraup 109 suara mendadak meledak menjadi 429 suara.Modusnya mengalihkan suara partai untuk dirinya.

Perubahan data tersebut diketahui saat rekapitulasi di tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sumenep dan mendapat protes keras dari para saksi.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sumenep, Moh Jazuli Muthar mengatakan ada unsur kesengajaan perubahan perolehan suara caleg Partai Demokrat yang diduga dilakukan petugas PPK. Sayangnya KPU enggan menyebut nama caleg yang suaranya melambung itu.

Sebab, ada ketidak samaan hasil perolehan masing-masing caleg dengan lembar rekap yang dipegang oleh masing-masing saksi. Sehingga, saat rekapitulasi di KPU mendapat protes keras dari saksi.

"Modusnya, suara partai Demokrat dikurangi dan dialihkan pada caleg tertentu di partai itu. Akibatnya, suara caleg tertentu lebih tinggi perolehan suaranya dibanding caleg yang lain," terang Jazuli pada wartawan di kantornya, Jalan Asta Tinggi, Kebonagung, Sumenep, Kamis (23/4/2009).

Oknum PPK tersebut, kata dia, langsung diintrogasi oleh KPU Sumenep. Pengakuan sementara, pelaku mendapat tekanan dari caleg yang bersangkutan sehingga terpaksa merubah data perolehan suara.

"Kasus ini sudah ditangani Panwaslu," ucapnya.

Sementara, anggota Panwaslu Sumenep Ach Rifa'ie mengatakan, panwaslu sedang memeriksa Ketua PPK Manding Abd Rahem Umar yang diduga merubah data suara caleg di Partai Demokrat.

"Pagi ini, Panwaslu sedang memeriksa pelaku. Pengakuan sementara, yang bersangkutan memang mengaku mendapat tekanan dari salah seorang caleg Jawa Timur agar merubah suara pileg," ujar Rifa'ie pada detiksurabaya.com di kantornya, Jalan Dr Cipto.
(http://id.news.yahoo.com/dtik/20090423/tpl-penggelembungan-suara-caleg-partai-d-b28636a.html)

Mega Pimpin Rapat Pemenangan Presiden di Cikini

Mega Pimpin Rapat Pemenangan Presiden di Cikini 
 
Jakarta - Menjelang pelaksanaan Rakernas V 25 April mendatang, PDIP terus melakukan konsolidasi internal. Rapat persiapan pun akan digelar dan dipimpin langsung sang Ketua Umum Megawati.

Siang ini, Kamis (23/4/2009) rapat akan digelar di kantor Badan Pemenangan Presiden, Jl Cik Ditiro No 43, Cikini, Jakarta Pusat.

"Rapat jam 12.00 WIB. Dipimpin oleh Bu Mega dan sekjen," ujar Wakil Sekrtaris Badan Pemenangan Pemilu PDIP Hasto Kristiyanto saat dihubungi detikcom.

Hasto menjelaskan, rapat akan membicarakan tentang langkah-langkah ke depan yang akan diambil DPP dalam menghadapi Pilpres. Termasuk di antaranya persiapan Rakernas V yang akan dilangsungkan di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jaksel.

"Masalah terkait pelanggaran pemilu lalu juga akan kita bahas," katanya.

Hasto mengungkapkan, sehabis rapat DPP, di tempat yang sama juga akan dilangsungkan rapat Badan Pemenangan Pemilu yang dipimpin oleh Ketua Tjahjo Kumolo.

"Rapat ini untuk persiapan rapat Badan Pemenangan Pemilu 24 April. Dalam rapat itu kita akan mendengarakan laporan pemilu dari berbagai daerah," ungkapnya.

Sementara itu pada sore hari pukul 16.00 WIB, kata Hasto, Badan Pemenangan Presiden juga akan menggelar rapat di tempat yang sama.
(http://pemilu.detiknews.com/read/2009/04/23/112712/1120082/700/mega-pimpin-rapat-pemenangan-presiden-di-cikini)

Yusron: Perpu Capres Tunggal Keblinger

Yusron: Perpu Capres Tunggal Keblinger 
Indra Subagja - detikPemilu

Jakarta - Wacana untuk mengeluarkan Perpu yang akan melegalisir capres tunggal menuai kritik keras. Apalagi alasannya hanya untuk mengantisipasi kemungkinan majunya hanya satu pasangan capres.

"Hukum seperti ini jelas keblinger dan akan memunculkan aib dalam ketatanegaraan," kata Ketua DPP PBB Yusron Ihza Mahendra melalui surat elektronik, Kamis (23/4/2009).

Yusron menjelaskan hal ini, perpu itu justru bukan akan menyelamatkan negara melainkan justru akan menjerumuskan presiden. Apalagi bila perpu itu hanya cukup disepakati para parpol. 

"Suatu hal yang sudah jelas-jelas tidak prosedural. Perpu mengharuskan adanya persetujuan DPR, di mana perpu tersebut harus dibahas DPR dalam masa persidangan berikutnya," imbuhnya.  

Selain itu, persoalan lain yang dihadapi dalam rencana untuk mengeluarkan perpu capres tunggal itu adalah persoalan lembaga atau otoritas yang dapat memberikan otorisasi bahwa presiden dari calon tunggal itu adalah presiden yang sah secara hukum. 

"Siapa yang akan dan dapat memberikan otorisasi itu? Jika KPU yang ditunjuk untuk memberikan otorisasi di atas, ini jelas merupakan logika hukum yang keblinger. Sebab, KPU bukanlah lembaga yang memiliki otoritas tersebut," jelasnya.

Selain itu, di masa Orde Baru atau di era Soeharto, jika terjadi bahwa calon presiden itu tunggal, maka MPR dapat memberikan otorisasi secara aklamasi bahwa presiden tersebut sah. 

"Logikanya, MPR adalah wakil dan jelmaan seluruh rakyat Indonesia. Lagipula, pada masa itu, presiden memang dipilih oleh MPR," tuturnya.

Adik kandung mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra ini menambahkan, mengeluarkan perpu yang akan mensahkan capres tunggal, tidaklah semudah seperti yang dibayangkan. 

"Karena itu, ketimbang berpikir ke arah tersebut, maka mengapa tidak berpikir untuk mengeluarkan perpu yang dapat membuka peluang banyaknya Capres dan sekaligus mencegah kemungkinan munculnya capres tunggal?" tutupnya.
(http://pemilu.detiknews.com/read/2009/04/23/101425/1120028/700/yusron-perpu-capres-tunggal-keblinger)

Pasang Kader di Setiap Poros - Golkar Ceraikan Demokrat

Pasang Kader di Setiap Poros
Golkar Ceraikan Demokrat

JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar akhirnya meninggalkan skenario duet SBY-JK. Keputusan itu diambil dalam rapat pengurus harian DPP Partai Golkar kemarin yakni menghentikan negosiasi berkoalisi dengan Partai Demokrat. Keputusan dilakukan setelah sepekan terakhir tim negoisasi Golkar gagal meyakinkan SBY untuk menerima JK sebagai calon wakil presiden.

Rapat tiga jam tersebut dipimpin langsung JK dan dihadiri Wakil Ketua Umum Agung Laksono, Sekjen Soemarsono dan seluruh ketua-ketua bidang di DPP Partai Golkar. "Setelah komunikasi politik yang intensif dengan tim Partai Demokrat, rencana koalisi untuk melanjutkan duet SBY-JK tidak didapat titik temu," terang Soemarsono.

Macetnya perundingan disebabkan perbedaan mendasar tentang format koalisi. DPP Partai Golkar menghendaki hanya satu nama kader Golkar yang diusulkan sebagai cawapres. Bila usulan ini diterima, DPP Partai Golkar akan mengupayakan agar keputusan tersebut berhasil lolos di Rapimnas Partai Golkar di Hotel Borobudur hari ini.

Namun, usulan itu ditolak Demokrat yang menilai usulan itu hanya siasat DPP Partai Golkar untuk menyodorkan lagi nama JK sebagai satu-satunya calon wakil presiden. Demokrat menginginkan Golkar memberikan alternatif sejumlah nama cawapres yang secara resmi direkomendasikan partai pada SBY untuk selanjutnya dipilih salah satu di antaranya.

"Sesuai keputusan Rapimnas pada 2008, Golkar hanya akan mengusulkan satu nama calon wakil presiden bila kalah di pemilu legislatif. Karena itu, Golkar tidak bisa membawa lebih dari satu nama cawapres. Sebaliknya, Demokrat bersikukuh minta lebih dari satu nama," terang Ketua DPP Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan DPP Partai Golkar Syamsul Muarif.

Menurut Syamsul, keputusan hanya mengajukan satu nama tersebut untuk menghindari perpecahan di internal partai. Selain itu, pemaksaan agar Golkar mengajukan lebih dari satu nama bertentangan dengan independensi Golkar sebagai partai yang berhak memiliki keputusan politik sendiri.

"Tim Golkar membawa pesan sesuai mekanisme partai, sementara tim Demokrat membawa pesan bahwa hanya owner Demokrat (SBY, red) yang berhak mendikte (format koalisi)," terang Syamsul.

Karena negosiasi sepekan terakhir macet, rapat pengurus harian kemarin akhirnya memutuskan menghentikan negosiasi dengan Partai Demokrat. DPP Partai Golkar selanjutnya memberi mandat kepada JK untuk mendekati pimpinan-pimpinan partai lain guna membentuk poros baru menantang calon presiden dari Demokrat di pemilu presiden atau bergabung dengan poros yang sudah ada.

"Ketua umum harus bergerak cepat melakukan komunikasi politik karena waktu yang dimiliki Golkar hanya tersisa satu hari, karena hasil pembicaraan harus dilaporkan kepada pengurus daerah (di arena Rapimnasus)," kata Soemarsono.

Menindaklanjuti keputusan tersebut, kemarin petang JK bertemu dengan SBY untuk menyampaikan keputusan DPP Partai Golkar. JK dikabarkan berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kerja sama dengan SBY di pemerintahan selama empat tahun terakhir. Meski demikian, JK berkomitmen untuk meneruskan kerja sama di pemerintahan sampai berakhirnya masa jabatan presiden-wakil presiden pada Oktober mendatang.

Ketika JK bertemu SBY, Ketua Dewan Penasihat Golkar Surya Paloh dikabarkan bertemu dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Surya ditugaskan melobi Mega agar membuka kembali rencana koalisi Golkar-PDI Perjuangan. Rencana koalisi itu sempat mati suri sejak Golkar memutuskan untuk merapat ke Cikeas setelah kalah suara di pemilu legislatif.

Hari ini, JK juga dikabarkan akan menerima Ketua Dewan Pertimbangan Partai PDI Perjuangan Taufiq Kiemas dan Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung Wibowo. Sejumlah pengurus DPP Golkar membisikkan, bila koalisi ini terwujud, JK hampir dipastikan menjadi calon presiden dan wakilnya diusung dari PDI Perjuangan.

Ini sesuai kesepakatan di bawah tangan antara PDIP dan Golkar. Yakni siapa pun partai yang berhasil mendapatkan suara lebih besar di pemilu legislatif akan didukung mendudukkan calon presiden, sementara partai yang lebih kecil suaranya mengusung calon wakil presiden. "Jadi cawapresnya belum tentu Bu Mega, tapi diajukan secara resmi oleh PDI Perjuangan," terang sumber di internal Golkar ini.

Bila dua partai ini bergabung, Golkar meyakini akan mudah menarik dua partai pemenang pemilu lainnya, yakni Gerindra dan Hanura. Bahkan, bukan tidak mungkin bila rencana koalisi ini juga didukung PPP. "Meski PPP kini masih dikuasai kubu Bachtiar yang pro-SBY, namun bisa saja di Rapimnas PPP berbalik mendukung kubu Golkar-PDI Perjuangan karena kader-kadernya kecewa partainya telah diobok-obok partai pemenang pemilu," katanya. Sementara itu, internal Golkar sendiri terbelah dengan keputusan DPP Partai Golkar tersebut. Wakil Ketua Dewan Pakar Golkar Marzuki Darusman menilai keputusan tersebut hanya keputusan sepihak DPP, bukan keputusan Golkar. Keputusan itu masih bisa berubah kalau Rapimnasus memutuskan untuk mencalonkan kader selain JK yang bisa diterima SBY, seperti Akbar Tandjung.

Bila skenario ini diterapkan, artinya Golkar akan tetap berkoalisi dengan Demokrat. Namun, bila Akbar gagal meyakinkan Rapimnasus, bisa jadi Golkar akan mengusung JK sebagai capres, namun Akbar Tandjung akan maju sebagai cawapres mendampingi SBY secara personal. Dan kemungkinan Golkar juga akan memasang Sultan HB X di PDIP bersama Megawati.

Ini artinya skenario tersebut akan sama persis dengan peta pada Pemilu Presiden 2004. Yakni, Golkar sengaja memasang tiga kadernya di setiap poros. Ketika itu, Golkar secara institusi mendukung duet Wiranto-Wahid. Namun, dua kader Golkar disusupkan menjadi cawapres dari partai lain, yakni Siswono Yudhohusodo sebagai cawapres mendampingi Amien Rais dan JK yang mendampingi SBY. "Artinya, siapa pun pemenangnya, Golkar tetap akan ada di pemerintahan," terang salah satu petinggi DPP Golkar tersebut.

Namun, skenario itu langsung ditepis Demokrat. Salah satu anggota Tim Sembilan Demokrat Hayono Isman mengatakan, SBY dan Demokrat hanya bersedia menerima calon presiden yang diusulkan secara resmi oleh partai.

Demokrat tidak akan mengambil cawapres dari perseorangan seperti pada Pemilu 2004 lalu. Secara tidak langsung, Demokrat akan menolak Akbar Tandjung bila tidak direkomendasikan secara resmi oleh Partai Golkar di Rapimnasus hari ini.

Politisi senior Partai Golkar Ginandjar Kartasasmita sangat kecewa dengan sikap yang ditempuh para pengurus harian DPP Partai Golkar itu. Menurut dia, ini mengingkari keputusan partai yang akan menetapkan arah koalisi dan penentuan capres-cawapres melalui mekanisme Rapimnasus Kamis hari ini.

"DPP Golkar sudah gegabah dan tidak demokratis. Mereka tidak mengindahkan suara daerah dalam persoalan yang begitu sangat mendasar bagi partai," sesal mantan Wakil Ketua Dewan Penasihat Golkar yang kini menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu.

Tanpa sungkan-sungkan, Ginandjar mengkritik keras JK. Dia menyampaikan, JK seharusnya menaati peraturan dan mekanisme partai setiap kali mengambil keputusan. "Golkar bukan sebuah perusahaan dan ketua umum partai bukan seperti pemilik perusahaan," kata Ginandjar. Karena itu, Ginandjar meminta DPD-DPD tingkat I dan II menolak keputusan DPP tersebut. Apalagi, tegas dia, keputusan itu diambil hanya dalam Rapat Harian. "Bahkan, disebut Rapat Pleno saja bukan," cetusnya.

Ginandjar mengingatkan agar jajaran DPD Partai Golkar bersikap hati-hati dan arif dalam mengevaluasi situasi politik dewasa ini dalam Rapimnasus. Keputusan yang diambil haruslah keputusan yang terbaik bagi masa depan partai dan bangsa. "Kepentingan pribadi siapapun harus dikesampingkan," katanya.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia Andrinof A Chaniago mengatakan, pecah kongsinya Demokrat dengan Golkar memang membuka spekulasi baru. JK berkemungkinan membawa beringin masuk ke kandang 'banteng gemuk moncong putih', yakni PDIP.

Hanya, kalau pilihan itu yang diambil, Andrinof berspekulasi, JK akan berhadapan dengan masalah baru. "Baik posisi capres ataupun cawapres sama saja. Apa pun yang didapat, tetap saja tidak enak buat JK. Sebab, besar kemungkinan JK hanya maju untuk kalah,” kata Direktur Cirus Surveyors Group itu.

Menurut Andrinof, hanya ada dua pilihan politik terbaik bagi JK. Dua alternatif itu adalah tetap menjadi cawapres SBY atau menjadi negarawan. "Di luar dua opsi itu, hanya pengorbanan tak bermanfaat," katanya.

Apakah JK yang pengusaha tidak memperhitungkan kecilnya peluang dirinya untuk menang kalau maju dengan capres selain SBY? "Kalau dia pribadi, tanpa ada gosokan pihak lain, saya yakin mungkin akan memilih mundur. Tapi tampaknya dia juga sudah terpengaruh emosi elite Golkar yang lagi tinggi itu," jawab Andrinof. 
(http://www.radar-bogor.co.id/index.php?ar_id=MjkzNjc=&click=MTAz)

Rabu, April 22, 2009

Rekap di Kabupaten Belum Selesai, KPUD Langgar UU

Rekap di Kabupaten Belum Selesai, KPUD Langgar UU 
Shohib Masykur - detikPemilu
 
Jakarta - Hingga saat ini, seluruh KPUD kabupaten/kota belum menyelesaikan rekapitulasi perolehan suara pemilu legislatif. Hal ini telah menyalahi aturan dalam undang-undang.

"Kalau kabupaten/kota, masih ada yang sedang rekap. Penyebabnya itu dari PPK yang harus merekap sebanyak 400 PPS. Mereka sudah all out sampai subuh, tapi tetap tidak selesai juga," ujar anggota KPU Andi Nurpati di Kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Rabu (22/4/2009).

Dalam pasal 201 ayat (3) Undang-undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif disebutkan, KPU kabupaten/kota menetapkan hasil perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPRD kabupaten/kota paling lambat 12 (dua belas) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara. Mengingat pemungutan suara dilangsungkan 9 Mei, maka penetapan perolehan suara caleg DPRD kabupaten/kota seharusnya 21 April.

Namun menurut Andi, jika waktu rekap habis, KPUD kabupaten/kota harus menyelesaikannya hingga akhir. Salah satu kendala yang memperlama proses rekapitulasi di PPK adalah adanya komplain dari saksi.

"Saya lihat yang misalnya di media, yang komplain itu malah caleg, bukan saksi. Itu kan berpengaruh pada waktu yang digunakan oleh PPK. Malah ada 1-2 yang menghentikan rekapnya karena persoalan keributan. Itu kan juga cukup mengganggu," kata Andi.

Memang, lanjut Andi, ada usulan agar penghitungan suara caleg DPRD kabupaten/kota didahulukan. "Tapi pertanyaannya, apakah seluruh kecamatan itu bisa selesai berbarengan? Kalau ada yang ketinggalan 1 sama saja mempengaruhi penetapan juga. Rekap sih bisa duluan, tapi kalau penetapannya tidak bisa ya sama saja," ucap Andi.
(http://pemilu.detiknews.com/read/2009/04/22/223035/1119910/700/rekap-di-kabupaten-belum-selesai-kpud-langgar-uu)

Tiga Caleg Wanita Lolos (Dapil1 - Kab Bogor)

Tiga Caleg Wanita Lolos (Dapil1 - Kab Bogor)

Cibinong - Proses rekapitulasi KPU Kabupaten Bogor kini masih berlangsung. Namun, untuk Dapil satu Kabupaten Bogor yang mewakili Kecamatan Cibinong, Citeureup, Babakan Madang dan Sukaraja sudah bisa diketahui hasilnya.
Tiga calon legislatif (caleg) perempuan dari dapil satu berhasil meraih suara terbanyak di partai politiknya dan berhak duduk menjadi anggota dewan. Ketiga caleg perempuan tersebut diantaranya Hj Ida Farida Darwi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ade Munawaroh dari Partai Persatuan Pembangunan dan Dewi Neni Nurhaeni dari Partai Demokrat (PD). Ketiganya merupakan wajah baru yang akan menghiasi hari-hari gedung DPRD Kabupaten Bogor untuk lima tahun yang akan datang.
Dengan jumlah suara sah sebanyak 295.946 untuk 8 kursi dewan, maka didapatkan angka 36.993 sebagai Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Dengan BPP sebanyak itu, hanya dua parpol yang bisa meraih kursi sesuai dengan BPP, yakni PKS dengan 38.464 suara dan PD dengan 100.124 suara. PKS menyisakan 1471 suara dan PD menyisakan 26.138 suara. Sedangkan parpol lainnya yang meraih suara terbanyak namun masih di bawah angka BPP diantaranya Golkar 36.884 suara atau minus 109 suara, PDIP 26.537 suara, PPP 16.135 suara dan Gerindra 25.161 suara.
Caleg PKS Hj Ida Farida dapat melaju ke gedung dewan setelah dirinya berhasil meraih suara terbanyak di PKS, yakni 4.975 suara disusul kemudian oleh Haris Faisal dengan 4.936 suara. Meski hanya unggul 39 suara, namun Hj Ida Farida berhak duduk di kursi DPRD Kabupaten Bogor untuk lima tahun ke depan.
Sedangkan Dewi Neni Nurhaeni bisa menjadi anggota dewan, setelah Partai Demokrat (PD) berhasil meraih 100.124 suara. Dengan perolehan suara tersebut, PD dapat meraih dua kursi dan masih menyisakan 26138 suara. Dengan sisa suara tersebut, ternyata dapat mengantarkan Dewi Neni Nurhaeni menjadi anggota DPRD Kabupaten Bogor. Demikian pula dengan caleg dari PPP Kabupaten Bogor Ade Munawaroh bisa meraih kursi dewan setelah partainya meraih suara terbanyak di bawah BPP.
Dari pantauan Jurnal Bogor, kedelapan caleg yang akan mewakili masyarakat di dapil satu tersebut, memiliki rasio 4 orang incumbent dan 4 orang lainnya merupakan pendatang baru. Keempat incumbent tersebut diantara Albiner Banjarnahor dan Dedi Mulyadi dari PD, Fitri Putra Nugraha dari Golkar dan Edison Hutahean dari PDIP yang menjadi anggota dewan melalui Pergantian Antar Waktu (PAW) wakil bupati Bogor Karyawan Faturachman. Sedangkan empat orang pendatang baru diantaranya Hj. Ida Fardia Darwi (PKS), Ade Munawaroh (P3), Dewi Neni Nurhaeni (PD) dan Kukuh Sri Widodo (Gerindra).
Hj Ida Farida yang dipastikan menduduki kursi empuk DPRD Kabupaten Bogor, mengaku senang dan bersyukur jika seandainya diberi amanah oleh masyarakat untuk menjadi anggota dewan. “Saya bersyukur dan gembira kalau memang saya terpilih menjadi anggota legislatif. Bayangkan saja dari ratusan caleg, saya beruntung sekali kalau memang nanti terpilih,” ungkapnya saat dihubungi Jurnal Bogor, tadi malam.
Hj Ida Farida juga mengatakan amanah menjadi anggota dewan bukanlah hal yang mudah dan tetap harus mawas diri. Sebab, lanjut dia, dirinya harus berjuang untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. “Jika memang benar bisa terpilih, saya menganggap ini prestasi sekaligus beban. Prestasi karena saya bisa mengalahkan caleg lain dan beban karena tugas saya ke depan begitu berat,” ungkap ibu tiga anak ini.
Sementara itu, Pengamat Politik Eri Krisna mengatakan anggota legislatif di Kabupaten Bogor sepertinya akan diwarnai oleh wajah-wajah baru. Beberapa incumbent, lanjut dia, tidak masuk lagi menjadi menduduki kursi dewan. “Saya memang memang melihat ada beberapa incumbent yang tidak dipilih lagi oleh masyarakat. Ini berarti kinerja mereka sudah dikoreksi oleh masyarakat dan dianggap kurang baik,” kata Eri.
Munculnya wajah baru yang menjadi anggota legislatif, lanjut Eri, bisa menjadi bukti kalau keberhasilan mereka dalam menyampaikan janji-janjinya. Eri mengatakan ada semacam kontraktual antara caleg baru dengan masyarakat yang memilihnya. “Janji-janji caleg yang disebar semasa kampanye menjadi garansi bagi masyarakat yang memilihnya. Jika ingkar janji, masyarakat pun akan mengoreksinya,” ujar dosen Universitas Djuanda ini.
(http://www.jurnalbogor.com/?p=21971)

Wasekjen Golkar: SBY Tidak Perlakukan JK dengan Wajar

Wasekjen Golkar: SBY Tidak Perlakukan JK dengan Wajar 
 
Jakarta - Perlakuan SBY dinilai Wasekjen Partai Golkar Malkan Amin tidak menghargai JK. Oleh karena itulah DPP Golkar memilih menceraikan PD daripada mempertahankannya.

"Kita tidak menuntut seperti anak-anak. Tapi setidaknya Pak SBY sebagai presiden punya perasaan," katanya usai menghadiri pertemuan sesepuh dan DPD Golkar di rumah dinas wapres, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (22/4/2009).

Malkan menjelaskan saat ini pikiran JK adalah menyolidkan partai. Salah satu langkahnya yaitu bercerai dengan PD.

"Yang pasti pikiran pimpinan (JK) hari ini supaya terbentuk soliditas lebih cepat lebih baik tidak berkoalisi dengan Demokrat," terangnya.

Soal capres/cawapres dari Golkar, Malkan belum berani mengatakan apakah JK akan menjadi calon tunggal. Keputusan tersebut baru akan diambil dalam rapimnassus yang akan berlangsung besok di Hotel Borobudur.
(http://pemilu.detiknews.com/read/2009/04/22/212541/1119902/700/wasekjen-golkar-sby-tidak-perlakukan-jk-dengan-wajar)

5 Parpol Pastikan Kursi dari Jatim Dapil IV

5 Parpol Pastikan Kursi dari Jatim Dapil IV

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Sebanyak lima partai politik memastikan mendapat jatah kursi Dewan Perwakilan Rakyat untuk daerah pemilihan Jawa Timur IV, yakni Lumajang-Jember. Dari delapan kursi yang diperebutkan, raihan kelima partai politik tersebut hampir merata.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Demokrat, masing-masing mendapatkan dua kursi. Sementara dua kursi lainnya diraih Partai Golkar dan Partai Gerindra.

Kepastian perolehan kursi tersebut didapat setelah KPU Kabupaten Lumajang dan KPU Kabupaten Jember menyelesaikan rekapitulasi tingkat kabupaten pada Selasa lalu. Selanjutnya rekapitulasi dikirim ke KPU Jawa Timur pada Rabu (22/4).

Dari pemilihan umum legislatif di daerah pemilihan Jatim IV, sembilan parpol lolos persyaratan parlemen. Selain lima parpol yang mendapatkan kursi di atas, empat parpol lainnya meliputi Partai Hanura, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Namun, empat parpol ini tidak mendapatkan kursi karena jumlah suara yang diraihnya kurang dari harga kursi di dapil tersebut, yakni senilai dengan 139.750 suara.
(http://regional.kompas.com/read/xml/2009/04/22/20094949/5.parpol.pastikan.kursi.dari.jatim.dapil.iv)

Lebih Dekat dengan Muka-muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor (1)

Lebih Dekat dengan Muka-muka Baru di DPRD Kabupaten Bogor (1)
Jebolan Akademi Perhotelan, Belajar Politik Secara Otodidak

Bambang Gunawan terlihat sumringah. Ya, perolehan suara caleg Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) nomor urut satu dari dapil III itu sudah aman untuk mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Bogor. Berdasarkan hitungan tim suksesnya, untuk sementara sudah mendapatkan 5.600 suara. Sedangkan perolehan satu di dapil III membutuhkan 5.000 suara. Seperti apa sepak terjangnya? 

TAK banyak yang berubah dari rutinitas Bambang Gunawan. Sekretaris DPC PDIP Kabupaten Bogor itu tetap tekun memantau penghitungan suara di Gedung Serbaguna I sejak Jumat (17/4).

Bambang sebenarnya enggan memproklamirkan dirinya sebagai caleg yang berhasil merebut kursi di DPRD Kabupaten Bogor. Namun Bambang akhirnya mau berbagi cerita dengan alasan ingin berbagi pengalaman.

Sebagai elit partai di tingkat kabupaten, pada pemilu tahun ini Bambang memang sudah diproyeksi mendapatkan kursi di parlemen. Selain mempunyai jaringan luas sejak pencalonannya di Pemilu 2004, Bambang juga berdomisili di Cisarua, salah satu kecamatan di dapil III. ”Selain pengalaman, saya juga mempunyai banyak jaringan. Karena itu di pemilu kali ini saya tidak mulai dari awal lagi,” kata Bambang, kemarin.

Latar belakang akademis Bambang sebenarnya bukan murni dari sosial politik. Dia mendapatkan gelar sarjana di Akademi Perhotelan Bandung. Namun dia secara otodidak mendalami politik, karena besar dalam keluarga politis. Maklum, saudara tua Bambang merupakan wakil rakyat pada 1977.

Bapak tiga orang anak ini lahir dan besar di Sukabumi. Bambang masuk ke Kabupaten Bogor saat dirinya bekerja salah satu hotel di Cisarua. Saat itu Bambang menjadi general manager. Kecintaannya kepada PDIP memang tak terbendung. Walaupun hanya berstatus simpatisan partai, pria yang menginjak usia 37 tahun ini, royal terhadap partai berlambang banteng moncong putih.

Kini dengan status partai dan keadaan ekonomi yang semakin meningkat, Bambang merasa pencapaian hidupnya semakin jelas. Bambang ingin membenahi daerah pemilihannya. Ya, kawasan wisata Puncak yang dewasa ini masih menjadi magnet wisatawan tanah air, dinilai semakin tak berwajah.

”Kondisi alam dan kultur masyarakat Puncak makin amburadul. Dari hati paling dalam, saya sedih melihatnya. Ini harus segera dibenahi,” ucap pria yang kini bekerja sebagai pengusaha jasa konstruksi.

Bambang berharap cita-citanya itu terlaksana. Perjuangannya di kursi legislatif akan merembukkan idenya dengan anggota lain mengenai perda wajib tanam pohon di sekitar vila dan hotel di Puncak. Untuk permasalahan kultur, Bambang mewacanakan tokoh masyarakat, alim ulama dan pemuda di dapilnya bersatu memperbaiki kultur masyarakat yang saat ini makin tergerus perkembangan zaman.

”Kita yang akan duduk bersama menyamakan ide dan langsung bertindak. Bila tidak diatasi dari sekarang, mau jadi apa Puncak lima tahun mendatang,” ujarnya.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjkzMzk=&click=NDg=)

Fokus Tangani Perselisihan Pemilu, MK Tunda Sidang Uji Materi UU

Fokus Tangani Perselisihan Pemilu, MK Tunda Sidang Uji Materi UU 
Jakarta - Mahkamah Konstitusi akan menunda perkara pengujian undang-undang terhadap UUD 1945. Hal ini dilakukan karena MK akan fokus menangani perselisihan hasil pemilu yang dibatasi waktu persidangannya.

"Sebagai akibat dari penanganan pemilu yang ditentukan batas waktunya, konsekuensinya menunda sidang perkara lain seperti pengujian undang-undang," ujar Wakil Ketua MK Abdul Muchtie Fadjar di kantor MK, Jl Medan Merdeka Barat, Rabu (22/4/2009).

Menurut Mucthie, masih ada sekitar 15 perkara pengujianUU yang masih dalam tahap pemeriksaan di panel.

"Jadi nanti praktis bulan Mei sampai pertengahan Juni sidang pengujian UU akan terhenti sementara," ungkapnya.

Pengujian UU, lanjut Mucthie, tidak ada ketentuan batas waktunya. Beda dengan persidangan pemilu MK dibatasi waktunya, hanya 30 hari setelah terdaftar di MK persidangan harus sudah selesai.

"Tanggal 18 Mei, setelah penetapan oleh KPU mulai sidang pertama. Kita sudah hitung dengan kerja marathon bisa 25 hari per panel 6 sampai dengan 7 sidang," kata Muchtie.

Muchtie mengatakan selama persidangan hasil pemilu pendaftaran uji materil uji undang-undang masih boleh, cuma sidangnya tertunda.

"Tanggal 12 Mei sudah tidak ada sidang uji UU diberhentikan sementara," pungkasnya.
(http://pemilu.detiknews.com/read/2009/04/22/142552/1119646/700/fokus-tangani-perselisihan-pemilu-mk-tunda-sidang-uji-materi-uu)

KPU Kabupaten Siapkan Pleno Paralel

KPU Kabupaten Siapkan Pleno Paralel

CIBINONG - Pleno rekapitulasi penghitungan perolehan suara Pemilu Legislatif 2009 yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bogor mulai didesak KPU Jabar harus segera selesai. Desakan itu muncul karena KPU Jabar hari ini memulai pleno rekapitulasi penghitungan perolehan suara.

Sejak memulai pleno pada Jumat (16/4), hingga tadi malam KPU Kabupaten Bogor baru menyelesaikan 25 kecamatan dari 40 kecamatan yang seharusnya dirampungkan. Rencananya hari ini KPU kabupaten akan menghitung secara paralel di dua tempat berbeda. Namun, pilihan tersebut harus mendapatkan restu dari saksi masing-masing parpol.

Ketua KPU Kabupaten Bogor Ahmad Fauzi mengaku pihaknya telah mendapatkan tempat untuk pleno, yakni ruangan asisten pembangunan di kompleks setda. “Ruang itu terbatas jadi kami akan membatasi saksi dan jumlah pengunjung. Itu kami lakukan agar pleno berjalan lancar dan cepat,” paparnya kepada Radar Bogor, kemarin.

Fauzi menambahkan, penghitungan paralel sangat tergantung dengan kesiapan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Dengan demikian, paralelisasi penghitungan bisa saja tidak digunakan bila di pleno rekapitulasi lainnya tidak terjadi antrean yang signifikan.

Pada penghitungan suara kemarin, KPU menunda penghitungan dari enam kecamatan. Ketidakcocokan data suara milik PPK dengan yang dipunya saksi selalu menjadi alasan kuat mengapa penundaan dilakukan. Enam kecamatan itu ialah Tenjolaya, Cibunggulang, Tenjo, Leuwisadeng, Ciseeng dan Cibinong.

”Kami berharap Kamis (23/4) selesai. Dengan turunnya surat edaran (KPU Jabar) ini, kami bisa berkerja lebih cepat lagi. Terlebih lagi KPU Jabar sudah melakukan hal yang sama dengan kami mulai besok (hari ini, red),” imbuh Fauzi.

Sementara itu, saksi tingkat kabupaten dari PDIP Indra Laksmana mengharapkan ketelitian para PPK dalam menyuguhkan data. Dia menilai masih sering terjadi selisih suara sehingga akan membuat penghitungan berjalan lebih lama lagi.

”Kami berharap keakurasian dan bukan kecepatan. Kami harap PPK bisa menyuguhkannya dalam beberapa hari terakhir. Bila KPU Jabar menegur KPU maka kami (parpol, red) siap membantu KPU dalam menjelaskan alasannya,” tandas Indra.
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=MjkzMjk=&click=MTAy)

Golkar Temui Tim Sembilan Demokrat

Golkar Temui Tim Sembilan Demokrat

JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) belum mau menyerah terhadap isu peluangnya mengecil untuk kembali diduetkan dengan SBY. Kemarin, JK mengumpulkan sejumlah pejabat teras DPP Partai Golkar yang ditugaskan bernegosiasi tentang rencana koalisi Golkar dengan Tim Sembilan Partai Demokrat. Tidak seperti biasanya, JK menerima mereka di Kantor Wakil Presiden.

JK memulai harinya dengan menerima Ketua DPP Partai Golkar Muladi dan Ketua DPP Partai Golkar Andi Mattalatta. Mereka dikabarkan menjadi ujung tombak negosiasi syarat-syarat koalisi antara Partai Golkar dan Partai Demokrat. Di kalangan internal Golkar, nama Muladi, Andi Mattalatta, Burhanuddin Napitupulu, Firman Soebagyo, dan Yorys Raweyay dikenal sebagai promotor kembalinya duet SBY-JK.

Muladi dan Andi Mattalatta dikabarkan menjadi anggota tim negosiator Partai Golkar yang dipimpin langsung JK. Mereka bertugas berkomunikasi dengan Tim Sembilan Demokrat yang ditugaskan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono untuk membahas format koalisi di pemerintahan dengan partai-partai lain.

Anggota Tim Sembilan Partai Demokrat adalah Ketua Umum Hadi Utomo, Sekretaris Jenderal Marzuki Alie, Wakil Sekretaris Jenderal Syarief Hasan, Ketua Badan Pemenang Pemilu Yahya Secawirya, Ketua DPP Bidang Komunikasi Andi Mallarangeng, Ketua DPP Bidang Politik Anas Urbaningrum, Ruhut Sitompul, Jero Wacik, dan Hayono Isman.

Tengah hari kemarin, muncul Ketua Dewan Penasehat Golkar Surya Paloh, anggota Dewan Penasehat Golkar Tanri Abeng, fungsionaris Golkar yang juga Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, serta Wakil Ketua MPR yang juga adik ipar JK, Aksa Mahmud. Hadir pula bekas Menteri Hukum dan HAM yang kini menjadi Dubes RI di Moskow Hamid Awaluddin, serta Ketua BKPM Muhammad Luthfi.

Seperti yang terjadi selama sepekan terakhir, usai pertemuan tak ada peserta rapat yang bersedia memberikan pernyataan. Tanri Abeng yang dicegat wartawan membantah pertemuan itu membahas rencana koalisi antara Demokrat dan Golkar. "Kami hanya membahas bagaimana agar partai tidak terpecah. Jangan pecah dulu baru dibahas," elak Tanri.
(http://www.radar-bogor.co.id/index.php?ar_id=MjkyOTY=&click=NTk=)

Senin, April 20, 2009

Lima Ketua Parpol Tumbang

Perolehan Kursi Tunggu SK KPU Pusat
Lima Ketua Parpol Tumbang 

BOGOR - Lengkap sudah kegagalan partai-partai besar di Kota Bogor pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2009. Tak hanya perolehan suara yang menurun drastis, beberapa elitnya juga diprediksi gagal melenggang ke parlemen. 

Mereka di antaranya Ketua DPD Partai Golkar Cheppy Harun, Ketua DPC PDIP TB Raflie Mukti, Ketua DPC PPP Ahmad Baedowi, Ketua DPD PKS Yocie Gusman dan Ketua DPC Partai Demokrat Adhi Daluputra. 

Berdasarkan hasil pleno rekapitulasi perolehan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Gedung Harmoni Yasmin kemarin, Ketua DPD Partai Golkar Cheppy Harun yang bertarung di dapil III/Tanahsareal hanya mampu mengumpulkan 1.810 suara, kalah jauh dengan perolehan suara caleg Golkar Agus Zulkifli yang mengumpulkan 3.002 suara. Sementara Golkar di dapil III diprediksi hanya mendapatkan jatah satu kursi.  

Nasib serupa dialami Ketua DPC PDIP TB Raflie Mukti. Perolehan suaranya di dapil I/Bogor Timur-Tengah jauh lebih parah. Dia hanya mampu mengumpulkan 1.024 suara. 

Perolehan tertinggi diraih Slamet Wijaya dengan 3.436 suara, disusul di tempat kedua Ujang Sugandi 1.211 suara. Karena PDIP di dapil I diprediksi hanya mendapatkan jatah dua kursi maka Slamet Wijaya dan Ujang Sugandi yang bakal terpilih melenggang ke gedung dewan.

Kondisi berbeda dialami Ketua DPC PPP Ahmad Baedowi. Meski dia meraih suara terbanyak di antara caleg PPP di dapil II/Bogor Utara, partainya gagal mendapatkan jatah kursi dan dia batal duduk di kursi dewan. Nasib tragis juga dialami Ketua DPD PKS Yocie Gusman yang sama-sama bertarung di dapil II/Bogor Utara. 

Untuk kedua kalinya setelah Pileg 2004, Yocie gagal lolos menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Bogor. Kali ini perolehan suara Yocie kalah tipis dengan rekannya sesama kader PKS yang juga caleg incumbent Yusuf Dardiri. Yocie memperoleh 2.269 suara, sedangkan Yusuf 2.393 suara. Karena PKS di dapil II diprediksi hanya mendapat jatah satu kursi, otomatis Yusuf yang kembali terpilih menjadi anggota dewan.

Selain pentolan partai-partai besar seperti Golkar, PDIP, PPP dan PKS, Partai Demokrat yang mendominasi perolehan suara di Kota Bogor juga gagal meloloskan pentolannya Adhi Daluputra. 

Meski di dapil IV/Bogor Barat Demokrat diprediksi mendapatkan jatah tiga kursi, perolehan suara Adhi yang juga caleg incumbent itu tidak cukup mengantarkannya kembali duduk di kursi dewan. Dia hanya memperoleh 928 suara, jauh dari tiga besar suara terbanyak Demokrat di dapil IV/Bogor Barat. 

“Saya sudah legawa sejak awal. Apa pun hasilnya akan saya terima. Yang penting target suara partai tercapai dan Alhamdulilah perolehan suara partai melebihi target,” tutur Adhi merendah kepada Radar Bogor di sela-sela pleno KPU, kemarin.  
 
Sementara itu, pleno rekapitulasi perolehan suara Pileg 2009 KPU Kota Bogor berjalan aman dan lancar. Saksi dari masing-masing parpol, beberapa caleg dan pengurus partai juga tampak hadir. Lokasi pleno sejak pagi hari dijaga ketat sejumlah aparat kepolisian. Setiap orang yang akan masuk ke ruangan pleno diperiksa terlebih dulu oleh petugas menggunakan metal detector.

KPU hanya melaksanakan pleno rekapitulasi perolehan suara di masing-masing tingkatan, baik DPR RI, DPD, DPRD Provinsi maupun DPRD Kota. Sementara penetapan perolehan kursi parpol dan calon terpilih untuk DPRD Kota Bogor dilakukan setelah ada SK penetepan perolehan suara dari KPU pusat.

“Setelah pleno rekapitulasi perolehan suara di tingkat kota, hasilnya kami sampaikan ke KPU pusat. Oleh KPU pusat hasil rekap itu nantinya di-SK-kan. Setelah SK tersebut turun, baru kami tetapkan perolehan kursi parpol dan caleg terpilih untuk DPRD Kota Bogor. Jadwalnya awal Mei sudah ada SK nya, jadi kita tunggu SK dulu,” terang Ketua KPU Kota Bogor Agus Teguh Suryaman.

Berdasarkan hasil pleno rekapitulasi perolehan suara oleh KPU, Partai Demokrat mendominasi perolehan kursi DPRD Kota Bogor. Diprediksi 15 kursi direbut partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono itu. Partai besar lainnya yakni Golkar, PDIP, PPP, PKS dan PAN gagal mempertahankan jumlah kursi. 

Sementara itu, rekapitulasi penghitungan perolehan suara Pileg 2009 oleh KPU Kabupaten Bogor belum menyelesaikan 40 kecamatan. Hingga tadi malam proses penghitungan masih diwarnai interupsi dari saksi parpol karena ada beberapa data PPK yang tak sama. 

Misalnya, suara di TPS 8 Desa Parungpanjang Kecamatan Parungpanjang. Ada perbedaan raihan suara untuk caleg DPRD Provinsi Jawa Barat dari PKS. Nah, untuk menyelaraskan data antara berita acara yang dipegang saksi dan KPU serta Panwaslu, sedikitnya memerlukan waktu setengah jam.  

Selain itu, Kecamatan Tajurhalang, penghitungan untuk DPRD Provinsi sempat di-pending karena adanya ketidaksamaan data dengan saksi. 

“Secara keseluruhan berjalan lancar. Bila ada yang tak sama harus diselesaikan dalam pleno ini,” ujar salah seorang saksi parpol kepada Radar Bogor yang namanya enggan dikorankan, tadi malam. 

Berdasarkan suara sementara yang sudah masuk ke KPU Kabupaten Bogor, anggota DPRD Kabupaten Bogor periode mendatang didominasi muka-muka baru. Sementara calon incumbent banyak bertumbangan. 

Lamanya waktu penghitungan diakui Ketua KPU Kabupaten Bogor Ahmad Fauzi. Hingga pukul 00:00 tadi malam baru 14 kecamatan yang diselesaikan. 

“Besok (hari ini, red) kami akan melanjutkan 15 kecamatan lagi. Semuanya sudah masuk, jadi besok tinggal penghitungannya saja,” ujar Fauzi. Ketika ditanya siapa saja caleg yang dipastikan masuk, Fauzi tak bisa menyimpulkannya sebelum seluruh suara dari 40 kecamatan selesai dihitung. 

“Kami tidak mau menebak dan menduga-duga, setelah penghitungan selesai akan langsung kami umumkan,” terangnya sambil berharap penghitungan suara selesai hari ini. 
(http://www.radar-bogor.co.id/index.php?ar_id=MjkyMjU=&click=NjYx)